Saat stres terlebih selama masa pandemi Covid-19, orang kerap melarikan diri pada sesuatu yang bisa menimbulkan rasa nyaman. Makanan serba manis dan kaya karbohidrat jadi salah satu yang membuat diri lebih kalem.
Namun perlu diingat, konsumsi gula terus-menerus dan berlebihan justru berpotensi mendatangkan hal buruk.
Linda Van Horn, direktur divisi nutrisi di Northwestern University Feinberg School of Medicine menjelaskan, asupan gula yang terlalu tinggi berhubungan dengan sindrom metabolik juga risiko penyakit kardiovaskular.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanpa Anda sadari, baik makanan dan minuman mengandung gula tambahan yang berkontribusi pada kelebihan asupan gula. Minuman berpemanis, dessert, makanan ringan manis, kopi dan teh (serta bahan tambahannya), permen, sereal sarapan, biasanya mengandung pemanis tambahan. Lantas, bagaimana cara mengurangi asupan gula harian selama pandemi?
Rasa manis memang menyenangkan lidah. Nafsu makan tidak terganggu dan dijamin makanan atau minuman kandas disantap. Rasa manis rupanya soal kebiasaan. Sebenarnya Anda bisa membiasakan lidah dengan sesuatu yang 'less sugar'.
Coba perlahan pesan kopi susu dengan sedikit gula, teh yang tadinya dicampur satu sendok makan gula dikurangi jadi satu sendok teh. Kemudian imbangi dengan makanan kaya protein dan serat sehingga bisa menurunkan keinginan makan makanan manis.
![]() Coba untuk mengurangi konsumsi gula, dan mengimbangi dengan makanan kaya protein serta serat. |
Rasa manis tidak harus diperoleh dari gula pasir atau jenis pemanis tambahan lain. Saat mengonsumsi yogurt tawar, rasa manis tidak harus berasal dari sirup cokelat. Coba tambahkan potongan buah.
Sereal sarapan instan yang kaya gula, ganti dengan sereal 'whole grain' plus susu dan madu.
Minuman berpemanis yang dimaksud di sini termasuk soda, minuman berenergi dan, minuman rasa buah dalam kemasan. Bukan berarti Anda tidak boleh mengonsumsi sama sekali, tapi kurangi. Jika biasanya setiap hari minum, coba kurangi jadi dua hari sekali dan lama-kelamaan akan makin jarang.
Untuk memuaskan lidah, Anda bisa menjajal teh buah herbal atau infused water dengan potongan buah-buahan segar.
Kopi dan teh sebenarnya tidak berkontribusi pada kenaikan kadar gula darah. Anda patut melihat gula atau bahan tambahan pada kedua minuman ini. Terlebih, kini ada beragam kreasi minuman kopi dan teh baik ditambah gula aren, karamel, atau cream cheese.
Sesekali, tak ada salahnya mengurangi gula atau bahan tambahan pada kopi dan teh.
Makanan penutup atau dessert tidak harus berupa kue, cake, puding cokelat tetapi bisa berupa buah potong. Bahkan dengan cara pengolahan berbeda, buah-buahan jadi lebih lezat disantap.
Apel bisa diolah jadi apel panggang dengan taburan bubuk kayu manis. Kukis dari beri, sorbet stroberi atau puding dengan sari buah dan potongan buah. Rasa manis yang Anda peroleh sepenuhnya dari buah tanpa harus menambahkan gula.
Gula tidak selalu hadir pada makanan yang Anda anggap manis. Sebenarnya ada gula pada saus, roti, bumbu-bumbu tambahan dan dressing salad.
"Saus kemasan seperti saus tomat, saus barbeque, kecap cenderung tinggi gula tersembunyi," ujar Kristi King, ahli gizi anak di Texas Children's Hospital mengutip dari CNN.
Salah satu cara mengontrol asupan gula harian adalah dengan mengecek label kemasan makanan. Ini akan membantu Anda menghitung budget gula harian. Gula tambahan tidak selalu menyandang nama 'gula' atau 'glukosa' tapi seperti agave, brown sugar, pemanis jagung (corn sweetener), sirup jagung (corn syrup), dekstrosa (dextrose), sari tebu evaporasi, fruktosa, konsentrat jus buah, nektar buah, madu, laktosa, sirup malt, maltosa, molase, sirup maple, dan sukrosa.
Perlu menjadi catatan bahwa biasanya bahan-bahan ditulis urut dari yang terbanyak. Jadi makin awal gula-gula ini disebut, makin tinggi kandungannya.