Tak terasa tujuh bulan sudah anak-anak tak lagi pergi ke sekolah dan bertemu dengan guru serta kawan-kawan. Tak ada lagi canda tawa dan anak-anak yang berlarian di sekitar sekolah. Semuanya digantikan dengan canda tawa online yang dibatasi layar monitor laptop. Itu pun terkadang terganjal buruknya sinyal.
Tak dimungkiri sekolah daring di rumah membuat sejumlah pelajar di Kota Semarang merasa jenuh. Beberapa dari mereka pun akhirnya meminta agar Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang tutup untuk dibuka lagi.
Salah satu TPQ yang dibuka adalah TPQ At-Taqwa di Jalan Menteri Supeno Semarang, tepatnya di belakang Kantor Gubernur Jawa Tengah. Sudah sepekan ini, TPQ At-Taqwa mencoba buka lagi setelah pertengahan Maret lalu terpaksa ditutup seiring imbauan Pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Mustofirin, pengasuh TPQ At-Taqwa, pihaknya memberanikan diri membuka TPQ karena desakan dari sejumlah orang tua peserta didik yang mendapat keluhan kejenuhan dari anaknya saat sore hari, usai sekolah daring. Karena tak ada kegiatan, bocah-bocah yang duduk di bangku TK dan SD itu pun akhirnya mengisi waktu dengan bermain gadget.
![]() Setelah 6 bulan tutup sejak bulan Maret 2020 karena wabah covid-19, Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) At-Taqwa mencoba dibuka lagi pada Senin (19/10) atas keinginan warga yang melihat anaknya jenuh tiap sore usai jam sekolah daring hanya bermain gadget. Sebagai langkah hati-hati, TPQ At-Taqwa memberlakukan protokol kesehatan 3M yakni wajib mengenakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. CNN Indonesia/ Damar |
"Kita buka baru seminggu. Itu karena ditelponi orang tua murid karena anaknya kalau sore hari malah mainan HP. Ya sudah, kita mencoba buka TPQ nya", kata Mustofirin.
Meski dibuka, Mustofirin tak ingin gegabah. Protokol kesehatan pun diberlakukan, pengajar, dan anak didik harus menjalankan 3M, yakni mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selama berjalannya kegiatan di TPQ, anak-anak tidak diijinkan untuk melepas masker.
Sedangkan untuk posisi belajar, anak didik dibuatkan meja dengan diberi pembatas mika dan saling berjarak dengan jumlah peserta tak lebih dari 30 orang. Durasi waktu belajar di TPQ juga dibatasi tak lebih dari 1 jam, sehingga kegiatan yang biasanya terdapat latihan baca dan menulis Al-Quran, kini hanya fokus pada membaca Al-Quran saja.
"Kita berlakukan protokol kesehatan yang ketat. Wajib pakai masker, masuk area harus cuci tangan dan duduknya berjarak. Meja belajar kita pasangi mika pembatas, dan jumlah siswa tidak lebih dari 30 orang. Demikian pula dengan durasi waktunya, maksimal 1 jam. Yang tadinya hanya baca dan tulis Alquran, kini hanya latihan membaca Alquran saja. Satu per satu, habis itu pulang," terang Mustofirin.
Beruntung, pemberlakuan protokol kesehatan ini tak membuat surut semangat para bocah peserta didik TPQ. Mereka tetap rajin datang ke TPQ setiap jam 15.30 WIB, dengan mengenakan baju Muslim dan mengenakan masker atau face shield.
"Senang ya, ketemu teman-teman lagi. Daripada di rumah bosan, mendingan ke TPQ. Pakai masker atau face shield, cuci tangan dan berjauhan tak masalah. Asik-asik aja," ungkap Eka, salah satu peserta didik TPQ At-Taqwa.
![]() |
Pembelajaran Agama Islam lewat TPQ merupakan pendidikan non formal dan pembentukan karakter yang dimulai dari dini.
Meski banyak yang memilih untuk ikut TPQ, tak sedikit masyarakat yang memilih mendatangkan guru privat atau diajarkan sendiri secara mandiri.
(dmr/chs)