Meski terkunci daratan, Austria tidak kehilangan pesona. Sebagian besar wilayahnya ditutupi Pegunungan Alpen sehingga negara ini kaya akan gunung, lembah, danau, desa maupun kota yang menawan.
Lanskap danau-danau di sini begitu memukau berkat hutan di sekelilingnya pun bukit dan gunung.
Sebenarnya Indonesia tidak kalah untuk urusan keindahan alam. Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dijamin bakal menawarkan kekayaan alam serupa Austria. Tidak heran, Lumajang dijuluki 'Oostenrijk van Java' atau Austria dari Jawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendaki Gunung Semeru, turut patut beristirahat dan mendirikan tenda di Ranu Kumbolo. Udara nan sejuk, pemandangan danau kehijauan plus pepohonan sekeliling begitu memanjakan mata.
Akan tetapi, Lumajang tidak hanya menyimpan Ranu Kumbolo. Beberapa destinasi wisata lain siap memanjakan siapapun yang bertandang.
Lihat juga:Menuju Air Terjun Tumpak Sewu |
![]() |
Kanada punya Niagara, Lumajang punya Tumpak Sewu. Destinasi wisata air terjun ini berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo.
Tumpak Sewu terbentuk dari aliran Sungai Glidik yang hulunya berada di Gunung Semeru.
Sekilas, Tumpak Sewu seperti rembesan air dalam skala besar di antara tumbuhan hijau. Aliran air pun seolah membentuk tirai tebing.
Kemudian jika turun ke bagian lembah, maka pemandangan bakal makin menarik.
![]() |
Masih di Kecamatan Pronojiwo, turis akan mendapati 'saingan' Tumpak Sewu yakni Coban Sriti.
Terletak di Desa Pronojiwo, akses menuju air terjun masih terbilang sulit. Namun perjalanan yang berat bakal terbayar dengan sapa air yang sejuk dan pemandangan tumpahan air dari ketinggian 120 meter.
Coban Sriti berasal dari dua aliran sungai yakni, Sungai Besukbang dan Sungai Glidik.
Di musim hujan seperti sekarang, debit air bakal makin besar sehingga cukup menikmati keindahan air terjun atau sekadar membasuh kaki tanpa mandi di bawah aliran air.
![]() |
Sesuai namanya, Kapas Biru, aliran air tampak deras hingga nyaris menyerupai kapas.
Dari kejauhan, 'kapas' ini berwarna kebiruan. Air terjun Kapas Biru tampak indah karena air mengalir membasahi dinding tebing batu dan lokasinya tersembunyi di antara pepohonan tinggi.
Air terjun di Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo ini memiliki ketinggian 100 meter.
Puas bermain air, saatnya mengunjungi sebuah perkebunan teh di Desa Gucialit, Kecamatan Gucialit atau sekitar 55 kilometer dari Kabupaten Lumajang.
Kebun teh Kertowono merupakan peninggalan Belanda yang ada sejak 1910.
Perkebunan teh ini masih masuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sehingga di sini hamparan tanaman teh dikelilingi gunung-gunung termasuk Gunung Semeru, Gunung Lemongan, Gunung Raung dan Gunung Argopuro.
Kunjungan di pagi buta bakal memberikan pemandangan matahari terbit yang indah.
Jika melakukan kunjungan dalam kelompok, jangan lewatkan untuk mengunjungi pabrik teh. Di sini turis bisa mengamati proses pemetikan, sortir dan pengemasan teh.
Lumajang seperti tidak habis menyimpan kekayaan destinasi air terjun.
Di Kecamatan Pronojiwo, terdapat air terjun Kapas Pelangi. Nama 'pelangi' disematkan karena kabut dari aliran air bakal memunculkan gurat pelangi saat diterpa cahaya matahari.
Rute menuju lokasi ini tidak mudah, tetapi sampai di sini Anda bakal betah berlama-lama.
Bali memang kental dengan nuansa Hindu dan pura-puranya yang berdiri kokoh. Namun siapa sangka pura tertua di Nusantara justru berada di Kabupaten Lumajang.
Pura Mandara Giri Semeru Agung terletak di kaki Gunung Semeru atau di Desa Senduro, Kecamatan Senduro.
Pura memiliki arsitektur khas Majapahit. Umat Hindu pun masih aktif menggunakan pura sehingga pengunjung wajib menjaga ketenangan dan menunjukkan hormat di tempat ibadah ini.
Atraksi air terjun di Lumajang rupanya tidak sekadar tumpahan air dari tebing yang tinggi. Antrukan Pawon akan menawarkan pemandangan air terjun di dalam goa.
Dalam bahasa Jawa, 'pawon' berarti tungku atau dapur. Nama disematkan karena air terjun mengalir ke lubang mirip gua. Di masyarakat Jawa, lubang ini seperti lubang 'pawon' untuk memasak.
Antrukan Pawon berada di Desa Pucangalit, Kecamatan Gucialit. Anda bakal merasakan sensasi berbeda karena selain air terjun, turis seolah berada di dalam gua dan disiram air.
![]() |
Jika Antrukan Pawon membuat ingin benar-benar berkunjung ke gua, coba mampir ke Gua Tetes.
Gua terletak di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo. Dari luar, tampak air terjun yang menyerupai rembesan air dari balik tebing tumbuhan hijau. Namun di balik air terjun terdapat goa karst atau batu kapur.
Gua terbentuk dari abrasi air sehingga lanskap goa terlihat unik dan alami. Konon air di gua tidak pernah kering meski di musim kemarau.
Beranjak ke Kecamatan Tempursari, turis bakal menemukan pantai dengan bongkahan batu karang besar. Pantai Watu Godeg memang memiliki batu-batu besar yang justru jadi daya tarik.
Pantai dengan pasir hitam ini dikelilingi tebing yang tinggi.
Sembari menikmati semilir angin, ada baiknya menjajal kuliner sekitar pantai. Senja tidak harus ditemani kopi tapi seporsi ikan bakar nikmat.