Rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat pada protokol kesehatan menunjukkan ketidakpahaman tentang risiko penularan Covid-19 melalui orang tanpa gejala (OTG). Angka kedisiplinan ini didapat dari hasil survei yang dilakukan oleh Nielsen dan UNICEF pada Agustus lalu.
Survei tersebut dilakukan di enam kota besar yakni Jakarta, Makassar, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Medan dengan melibatkan sekitar 2.000 responden. Hasilnya cukup mengecewakan karena hanya hanya 31,5 persen responden yang sudah mengimplementasikan perilaku pencegahan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Artinya, baru sepertiga dari responden survei yang melakukan protokol kesehatan secara lengkap.
"Kalau kita bicara status sosial ekonomi, hasil survei mengatakan justru lower 1 dan 2 paling banyak yang melakukan 3 perilaku sekaligus [3M]. Dari sisi usia, yang muda-muda kurang disiplin. Yang agak senior 50-54 tahun paling disiplin, ada perbedaan di rentang usia," kata Konsultan UNICEF Risang Rimbatmaja dalam diskusi 'Keterlibatan Masyarakat dalam Respon Pandemi Covid-19', Rabu (4/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perilaku mencuci tangan menjadi yang paling banyak dilakukan responden, yakni sebanyak 71,2 persen, lalu diikuti dengan memakai masker 70,8 persen, dan yang paling rendah adalah menjaga jarak 46,8 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa disiplin protokol kesehatan 3M masih dilakukan secara parsial.
Terkait pelaksanaan jaga jarak, Risan menyebut, aspek norma sosial dan mispersepsi menjadi latar belakang rendahnya implementasi protokol ini.
"Misalnya orang lain yang mendekat, bukan saya. Semua juga tidak jaga jarak kenapa saya harus jaga jarak. Nomor duanya adalah mispersepsi, saya sehat, tidak ada virus, ngapain kita jaga jarak. Konsep OTG itu belum betul-betul masuk di benak orang," kata Risan.
Communications Development Specialist UNICEF Rizky Ika Syafitri menjelaskan konsep OTG perlu lebih ditekankan dalam komunikasi dengan masyarakat. Menurutnya, tidak mudah untuk mengubah perilaku masyarakat saat pandemi. Tapi disiplin protokol kesehatan harus dilakukan karena menjadi kunci untuk keluar dari krisis kesehatan saat ini.
"Kami (UNICEF) mencoba menggali data agar bisa merumuskan strategi komunikasi yang tepat untuk mencapai perubahan perilaku. Kita harus paham audience, pengetahuan pencegahan (mereka), cara penularan, dan sikapnya terhadap perilaku itu," tambahnya.
(ayo/rea)