Pemerintah Selandia Baru pada Rabu (18/11) berjanji untuk menindak para turis yang buang air di destinasi wisata alam sebagai bagian dari rencana pariwisata pasca-virus Corona.
Penduduk Negara Kiwi telah lama mengeluhkan apa yang disebut sebagai "kebebasan berkemah", kegiatan penjelajahan di daerah pelosok dengan campervan (mobil karavan) yang kerap tidak memiliki fasilitas toilet, sehingga kotoran manusia sering terlihat di pinggir jalan.
Menteri Pariwisata Stuart Nash mengatakan praktik itu tidak sesuai dengan citra "100 persen murni" Selandia Baru dan bahwa wisatawan mancanegara dapat mengharapkan perubahan ketika perbatasan pada akhirnya dibuka kembali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka harus mendukung konsep keberlanjutan kami dan apa yang kami perjuangkan sebagai sebuah negara - buang air besar di pinggir jalan dan saluran air bukanlah konsep sebagai bangsa," katanya kepada wartawan, seperti yang dikutip AFP pada Kamis (19/11).
Nash mengatakan dia berencana untuk melarang turis menyewa campervan yang tidak memiliki toilet sebagai bagian dari pengaturan ulang industri pariwisata ketika pandemi Covid-19 mereda.
"Ambisi saya adalah begitu perbatasan global dibuka, Selandia Baru dianggap oleh wisatawan mancanegara sebagai salah satu dari tiga tempat teratas di dunia untuk dikunjungi," katanya.
Sebelum pandemi, pariwisata adalah salah satu pendulang uang terbesar di Selandia Baru, dengan sekitar 4 juta pengunjung internasional tahunan menyumbang NZ$16,2 miliar untuk perekonomian.
Nash menyarankan agar turis di masa mendatang harus mengetahui adab buang sampah dan buang hajat sebelum berangkat menjelajahi keajaiban daerah pelosok Selandia Baru.