Pembatasan dan penguncian wilayah (lockdown) yang diberlakukan kembali di sejumlah negara karena pandemi virus corona mengubah dinamika perjalanan di seluruh dunia. Tak jarang rencana berlibur harus dibatalkan atau diatur ulang lantaran negara yang hendak dikunjungi kembali menerapkan lockdown.
Untuk membantu masalah tersebut, sebuah perusahaan perbandingan harga penerbangan, Skycanner meluncurkan peta interaktif.
Skyscanner mengatakan peta realtime itu untuk menunjukkan kepada pelancong, area mana saja di dunia yang terbuka untuk mereka kunjungi. Mereka mengatakan terinspirasi dari sebuah studi tentang pelancong asal Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari 2.100 orang Inggris menemukan bahwa separuh dari mereka tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang ke mana mereka boleh dan tidak boleh bepergian.
Berita tentang vaksin yang mulai digulirkan di beberapa negara telah membuat 41 persen populasi Inggris kian percaya diri bisa bepergian ke luar negeri dalam enam bulan ke depan.
"Orang-orang ingin bepergian dan kami tahu ada permintaan yang terpendam dari penelusuran yang kami lihat untuk penerbangan serta untuk informasi lebih lanjut," kata Direktur Senior Pemasaran Global, Merek, dan Konten Jo McClintock dikutip laman resmi Skyscanner.
"Tetapi kepercayaan diri terpukul oleh kurangnya konsistensi antara negara-negara di seluruh dunia terkait tindakan dan pembatasan," tambah McClinctock.
Peta Skyscanner didesain per negara diberi kode berwarna. Warna hijau berarti negara boleh dikunjungi, warna kuning negara yang perlu dipertimbangkan, dan negara terlarang berwarna merah.
Mengutip Travel and Leisure, situs tersebut juga memuat informasi mengenai negara-negara yang mewajibkan karantika serta volume dan kasus Covid-19 di negara tersebut.
Jika negara tertentu ada di radar Anda, Anda dapat menyetel peringatan untuk perubahan peraturan perjalanan di negara itu.
Bagi orang Amerika, sebagian besar peta tetap berwarna merah. Berdasarkan peta Skyscanner, pemegang paspor AS menghadapi batasan terbatas di 13 negara.
(din/evn)