Anna Wintour buka suara terkait sampul majalah Vogue edisi Februari 2021 yang menampilkan Wakil Presiden AS terpilih Kamala Harris dan menyebabkan kontroversi ketika diungkap ke publik.
"Jelas kami telah mendengar dan memahami reaksi terhadap sampul cetak dan saya hanya ingin menegaskan bahwa sama sekali bukan niat kami untuk, dengan cara apa pun, mengurangi pentingnya kemenangan luar biasa Wakil Presiden terpilih," kata Wintour dalam sebuah pernyataan. kepada reporter New York Times, Kara Swisher.
Dalam bidikan fotografer Tyler Mitchell, Harris berdiri di depan gorden warna merah muda dan hijau -merujuk pada warna organisasinya, Alpha Kappa Alpha- sambil mengenakan sepatu Converse khasnya bersama dengan blazer dan celana panjang hitam yang dipadukan dengan kaus putih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah pihak mengkritik soal gaya dan pencahayaan Harris di foto tersebut yang dianggap terlalu cerah serta pakaian kasual tidak sesuai untuk sampul majalah bersejarah dari wanita pertama dan kulit berwarna yang terpilih sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat.
Seorang sumber yang dekat dengan isu ini mengatakan tim Harris percaya bahwa sampul itu akan menampilkan gambar yang berbeda, di mana Harris berpose dalam setelan biru muda dengan latar belakang emas.
Gambar itu kemudian dirilis sebagai sampul digital, dan menjadi satu-satunya gambar yang dipromosikan Mitchell di media sosial.
Wintour kemudian mengklaim bahwa "tidak ada kesepakatan formal" tentang pilihan sampul.
Menurut Wintour, tim kreatif majalah tersebut merasa bahwa tampilan kasual adalah pilihan yang lebih baik untuk saat ini, terkait dengan keadaan negara yang pandemi dan penuh gejolak. Dia tidak mengomentari pencahayaan gambar.
"Ketika dua gambar itu sampai di Vogue, kami semua merasa sangat, sangat kuat bahwa potret yang kurang formal dari Wakil Presiden terpilih benar-benar mencerminkan situasi saat ini," katanya dalam pernyataan itu, dikutip dari CNN.
![]() |
Menurutnya, berada di tengah pandemi mengerikan yang merenggut banyak nyawa membuat dia dan tim kreatif Vogue ingin merefleksikannya ke gambaran yang tidak terlalu formal, menjadi sesuatu yang lebih mudah diakses dan dekat. Itu juga yang ia rasa mencerminkan ciri khas kampanye Biden dan Harris.
"Kami hanya ingin merayakan kemenangan luar biasa Wakil Presiden terpilih Harris dan momen penting ini adalah dalam sejarah Amerika, dan terutama bagi wanita kulit berwarna, di seluruh dunia," ujar Wintour.
Pernyataan pemimpin redaksi Vogue itu dibacakan oleh Kara Swisher, pembawa acara podcast "Sway," untuk membuka wawancara yang dia lakukan tentang sampul tersebut sebelum bocor.
Dalam wawancara berikutnya, Wintour mengatakan bahwa Harris memilih pakaiannya sendiri untuk sampul, sembari menjelaskan bahwa dia memiliki selera gaya yang sangat meyakinkan."
Dia juga optimis tentang sampul yang akan datang, menggambarkannya sebagai sesuatu yang "menyenangkan dan optimis".
"(Ini) gambaran seorang wanita yang mengendalikan hidupnya yang akan membawa kami ... kepemimpinan, yang sangat kami butuhkan. Dan bagi saya, itu hanya pernyataan yang sangat penting, tapi positif, tentang wanita, dan wanita di kekuasaan," katanya.
Wintour bukan satu-satunya yang mempertahankan pilihan sampul Vogue tersebut. André Leon Talley, mantan editor-at-large American Vogue, ikut menyuarakan pendapatnya dalam sebuah unggahan Instagram pada Selasa (12/1) lalu.
"Seragam kerja (Harris) dengan sepatu sneaker Converse-nya ada di mana-mana. Saya memperkirakan ini akan menjadi tren bagi semua wanita muda di seluruh dunia, yang akan berpakaian seperti Kamala Harris," tulisnya.
"Kontroversi ini benar-benar konyol."
(agn)