Belum sampai sehari setelah divaksin Covid-19, pesohor Raffi Ahmad sudah melanggar protokol kesehatan. Sejumlah foto Raffi beredar di media sosial dan terlihat menghadiri sebuah acara pada Rabu (13/1) malam, tanpa mengenakan masker serta menjaga jarak.
Padahal, pagi harinya Raffi baru saja menerima vaksin Covid-19 perdana bersama Presiden Jokowi Widodo dan sejumlah pejabat.
Hal itu lantas memicu berbagai reaksi dari sejumlah pihak, termasuk Istana Kepresidenan yang langsung menegur suami Nagita Slavina itu agar mematuhi protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi kondisi tersebut, Dosen Psikologi Sosial di Universitas Airlangga, Rizqy Amelia Zein, mengatakan bahwa sebenarnya pemerintah sudah menerapkan strategi yang baik.
Ada penjelasan berbasis riset ditambah vaksinasi terhadap orang-orang berpengaruh sehingga menambah rasa percaya diri masyarakat untuk divaksin.
Hanya saja, Rizqy menilai pemerintah menjatuhkan pilihan yang kurang tepat terkait figur publik yang menerima vaksin Covid-19 pertama. Dia merasa Raffi adalah sosok artis yang agak selebor.
"Dia sebelum vaksin agak selebor. Kalau nanti dia kena Covid-19, itu nanti jadi ambyar semua. Orang malah enggak mau divaksin, anggapannya vaksin itu percuma, tetap bisa kena Covid-19," kata Rizqy pada CNNIndonesia.com, Kamis (14/1).
Padahal meski sudah divaksin, protokol kesehatan tak boleh ditanggalkan. Divaksin bukan berarti orang memperoleh 'lampu hijau' untuk nongkrong bersama kawan maupun kolega bebas seperti sebelum pandemi.
Rizqy mengkhawatirkan aksi Raffi ini tidak hanya berdampak pada vaksin Covid-19 saja, tetapi juga vaksin-vaksin lain. Ia mencontohkan dengan kasus penyakit polio.
Vaksin polio sudah masuk dalam vaksinasi primer dan diberikan sejak usia dini. Penyakit sudah tereradikasi sejak 1990-an. Namun kasus ditemukan lagi sekitar 2018-2019.
"Enggak semua masyarakat kan bisa bedain (vaksin Covid-19 dan vaksin-vaksin lain), pokoknya ya vaksin," imbuhnya.
Idealnya, kata Rizqy, ketika vaksinasi pemerintah juga mengkomunikasikan seputar efek samping, persyaratan, serta apa saja yang perlu dilakukan setelah vaksinasi.
Menurutnya, niat pemerintah baik dengan melibatkan figur publik juga influencer. Namun, dia mengatakan bahwa pada lingkup desa sebenarnya ada orang-orang yang lebih powerful termasuk bidan desa.
"Kalau kondisinya sudah seperti ini, kita berdoa saja biar Raffi enggak kena Covid-19. Ada sekali misinformasi, susah. Ada narasi vaksin bikin autis. Jurnal di Lancet tentang ini sudah ditarik sejak puluhan tahun lalu tapi masih terus dijadikan bahan oleh kelompok antivaksin," kata Rizqy.
Raffi Ahmad sendiri meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan rakyat Indonesia secara keseluruhan setelah menuai kritik karena berkumpul bersama rekan-rekannya tanpa menerapkan protokol kesehatan usai menerima vaksin Covid-19 gelombang pertama.
"Terkait peristiwa tadi malam, di mana saya terlihat berkumpul dengan teman-teman tanpa masker dan tanpa jaga jarak, pertama saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Presiden Republik Indonesia Bapak@jokowi,Sekretariat Presiden, KPCPEN, dan juga kepada seluruh masyarakat Indonesia atas peristiwa tersebut," kata Raffi melalui Instagram.
Raffi kemudian menjelaskan bahwa ia berkumpul bukan di tempat umum, melainkan di rumah pribadi ayah salah satu temannya.
"Di situ juga sebelum memasuki rumahnya, mematuhi protokoler, tetapi pas di dalam, kebetulan saya lagi makan, tidak pakai masker, dan ada yang foto. Namun apa pun itu, saya tetap meminta maaf karena kejadian ini jadi heboh," ucapnya.
Ia pun kembali mengimbau semua pihak untuk tetap menjaga protokol kesehatan, yaitu 3 M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan).
"Saya juga tidak ingin mengecewakan banyak pihak, apalagi saya beruntung banget bisa dapat kesempatan untuk divaksin yang pertama," katanya.
(els/agn)