Alasan Ada Banyak Pecinan di Penjuru Dunia

CNN Indonesia
Sabtu, 06 Feb 2021 08:10 WIB
Keuletan orang Tionghoa berkelana untuk berdagang memunculkan pecinan yang kini eksis di dunia. Tak hanya di Asia, bahkan di Amerika sampai Eropa.
Kelenteng Toa Se Bio di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. (CNNIndonesia/Safir Makki)

Pecinan merupakan pemukiman masyarakat Tionghoa di suatu wilayah. Ciri khas pecinan adalah terletak di dekat pasar karena mayoritas orang Tionghoa bekerja sebagai pedagang.

"Karakteristik utamanya adalah selalu berada di dekat pasar. Di Banten Lama dekat pasar, di Cirebon di dekat pasar yang terletak di pelabuhan. Ada juga di tepi Sungai Cimanuk karena pasarnya mengikut di tepi sungai itu," ucap Agus.

Masyarakat Tionghoa yang tinggal bersama itu membuat rasa kebersamaan mereka meningkat. Mereka bergotong royong membuat kelenteng untuk tempat beribadah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain kelenteng, karakteristik lain adalah keberadaan rumah abu. Rumah abu merupakan rumah untuk menitipkan abu jenazah yang sudah dibakar.

"Jika kelenteng untuk menghormati dewa-dewa, maka rumah abu berdiri untuk menghormati leluhur mereka," ujar Agus.

Setelah di Asia Tenggara, masyarakat Tionghoa baru bermigrasi ke Amerika Serikat dan Eropa setelah abad ke-19. Mereka datang saat AS membutuhkan tenaga kerja untuk membuat rel kereta api dari pantai barat ke pantai timur.

Di berbagai daerah etnis Tionghoa juga hidup bercampur dengan masyarakat setempat menciptakan akulturasi budaya baru. Mereka yang menikah dengan pribumi juga menghasilkan keturunan yang disebut dengan peranakan.

Menurut pengamat kebudayaan Tionghoa Johanes Herlijanto, pecinan terbentuk karena kebijakan pada masa kolonial.

"Secara umum, itu bagian dari sebuah kebijakan di masa kolonial. Sehingga membuat mereka berkumpul dan tetap mempertahankan budayanya," kata Johanes kepada CNNIndonesia.com.

Selain itu, Johanes menyebut masyarakat China menganut prinsip Guanxi, yang berarti harus menjaga hubungan baik dengan satu sama lain, terutama keluarga. Prinsip ini juga membuat pecinan semakin awet.

"Ada banyak faktor yang membuat pecinan bertahan mulai dari lingkungan, sejarah, desain, dan juga konstruksi sosial," ujar Johanes.

Kini, pecinan masih terus eksis di banyak negara. Bukan cuma di benua Asia, begitu juga di Amerika sampai Eropa.

Selain menjadi pelipur lara para imigran asal China yang sedang merantau ke luar negeri, pecinan yang populer dengan sajian kulinernya yang khas juga semakin lekat menjadi bagian dari gaya hidup penduduk aslinya.

(ptj/ard)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER