Duplicature, Alasan Ada Eiffel dan Sphinx 'KW' di China

CNN Indonesia
Rabu, 10 Feb 2021 16:50 WIB
Penduduk China tak perlu jauh-jauh ke Eropa untuk melihat Menara Eiffel atau Colosseum, karena ada duplicature yang bisa dinikmati.
Bangunan bergaya Eropa terlihat di Tianjin, China. (iStockphoto/gyn9038)

Mantan walikota Shanghai, Chen Liangyu, mencetuskan ide untuk membangun proyek tersebut sebagai tanggapan atas kekhawatiran akan lonjakan penduduk.

Solusinya adalah mengubah daerah pinggiran kota menjadi kota satelit, menciptakan ruang hunian yang sangat dibutuhkan sambil memungkinkan arsitek lokal dan asing bereksperimen dengan inisiatif desain baru.

Alih-alih terinspirasi gaya arsitektur, sejak saat itu trennya justru menduplikasi bangunan yang sudah ikonis. Tak tanggung-tanggung, pemandangan satu kota juga ikut disalin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tianducheng di Hangzhou yang merupakan Paris versi China merupakan salah satu contohnya.

Dibangun pada 2007, kawasan ini adalah pengembangan real estat mewah dengan replika Menara Eiffel, alun-alun Champs Elysées, hingga bangunan-bangunan besar ala Eropa dan jalan setapak yang lebar.

Turis mancanegara menyebutnya norak, namun penduduk China banyak yang merasa bangga dengan hadirnya monumen dan bangunan tiruan tersebut.

Lahir dan besar dari negara komunis, duplitecture justru dilihat sebagai simbol dari kekuatan baru yang sekarang sedang digenggam China.

Banyak pula "crazy rich" yang bermunculan,  dan mereka seakan bisa membeli segalanya dari negaranya.

[Gambas:Instagram]



Bagi para "crazy rich" yang membeli properti duplikat itu, punya properti dekat monumen dan bangunan ikonis sama halnya dengan merek fesyen seperti Gucci atau LV; simbol pencapaian.

Dan bagi para pengembang, membangun kota-kota bertema Barat dan pembangunan perumahan bukan merupakan penghargaan bagi Barat, tetapi hanya karena proprerti itu nyatanya laku dijual.

"Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa itu norak, tapi pada saat yang sama itu dianggap keren bagi penduduk di negara di mana dulu ada kekurangan pilihan, bahwa orang sekarang dapat memilih dan berlibur, bahkan di pulau yang sama, di Venesia atau Paris dan mereka tidak pernah harus meninggalkan China," kata Bianca Bosker, penulis buku 'Architectural Mimicry in Contemporary China', dalam sebuah wawancara yang dikutip dari South China Morning Post.

Meskipun telah banyak terjual, seringkali dengan harga jutaan dolar, saat ini tak sedikit kota duplikat yang dijuluki "kota hantu" karena sepi penghuni.

Cibiran mengenai kreatifitas mungkin tak berlaku pada duplicature, karena nyatanya turis lokal masih banyak yang berkunjung ke sana.

Jika Anda seorang penduduk China setiap hari tinggal di tengah keruwetan kota, bisa jalan-jalan di kota senyaman Paris atau London yang bisa ditempuh dengan mobil atau kereta tentu saja menyenangkan bukan?

(ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER