Dibuka pada tahun 2007 oleh Airbus, pembuat mesin Safran, dan perusahaan pengelolaan limbah Suez, Tarmac Aerosave awalnya mendaur ulang pesawat Airbus pertama yang diproduksi pada tahun 1970-an dan masa operasinya usai.
Tetapi dengan klien yang juga meminta untuk menyimpan dan memperbaiki pesawat, perusahaan dengan cepat melihat peluang untuk melakukan diversifikasi.
Dengan sepinya lalu lintas udara setelah mencapai puncaknya pada musim panas 2019, tiba-tiba ada banyak pekerjaan untuk Tarmac Aerosave.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendapatan melonjak hingga 20 persen dan perusahaan mempekerjakan 150 orang tambahan.
Namun, krisis ini tidak sepenuhnya menjadi kabar baik bagi perusahaan.
"Tentu saja kami mengalami peningkatan permintaan untuk penyimpanan, tetapi kami kehilangan 40 persen pendapatan kami dari pekerjaan pemeliharaan yang merupakan aktivitas paling menguntungkan bagi perusahaan," kata Lecer.
Karena maskapai penerbangan tidak yakin tentang pemulihan lalu lintas udara, mereka telah menunda perawatan yang intensif dan berbiaya mahal.
Lecer mengatakan beberapa maskapai penerbangan, bahkan mereka yang telah menerima bantuan negara, tidak mungkin selamat dari krisis dan beberapa dari mereka telah menerima nasib tidak akan pernah terbang lagi.
Dia menegaskan Tarmac Aerosave tidak mengambil untung dari krisis.
"Kami berhasil mempertahankan level 2019 berkat empat aktivitas kami: penyimpanan, pemeliharaan, transisi, dan daur ulang yang pada tingkat tertentu memiliki permintaan yang lebih tinggi pada waktu yang berbeda."
Tetapi bahkan untuk pesawat yang nasibnya masih belum pasti, "amat penting untuk melakukan semua operasi pemeliharaan kecil," kata Stefanelli.
Dan untuk pesawat dipensiunkan, "lebih dari 90 persen pesawat akan didaur ulang," kata Arthur Rondeau, yang mengepalai operasi pembongkaran pesawat.
Untuk sebagian besar pesawat - selain si bongsor A380 - membutuhkan waktu enam hingga tujuh minggu untuk didaur ulang.
Klien mendapatkan kembali bagian tertentu pesawat yang dapat digunakan kembali atau dijual, kemudian pesawat dibersihkan dan dipotong.
"Seseorang sering kali memiliki gambaran bahwa pesawat yang tak terpakai bakal ditumpuk dan ditinggalkan di gurun di Amerika Serikat yang menyerupai kuburan," kata Rondeau.
"Di sini kami meneliti tiap pesawat untuk memulihkan sesuatu yang berharga," tambahnya.
Teddy Save, seorang mekanik berusia 23 tahun, sedang sibuk mengeluarkan layar dari A380 yang sebagian besar kursinya sudah dilepas dan panel kabinnya dilepas.
"Orang cenderung lupa bahwa pesawat ini telah melakukan perjalanan ke seluruh dunia," katanya.
"Saya merasa pesawat-pesawat ini menjalani masa pensiunnya yang menyenangkan di sini."
(afp/ard)