Situs wisata paling populer di Peru, Machu Picchu, telah dibuka kembali pada hari Senin (1/3) dengan kapasitas pengunjung 40 persen, kata sumber pemerintah.
"Setiap hari, 897 orang akan dapat mengunjungi di bawah protokol kesehatan yang ketat," kata sumber kementerian kebudayaan kepada AFP, Kamis (25/2).
Benteng Inca kuno itu ditutup selama hampir delapan bulan selama tahun 2020 karena pandemi sebelum dibuka kembali pada November, tetapi gelombang kedua virus memaksanya untuk tutup lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pariwisata telah menjadi industri di Peru yang paling parah terkena dampak Covid-19.
"Kami perlu membangkitkannya lagi kembali dan melihat ke depan," Jean Paul Benavente, gubernur wilayah Cusco tempat Machu Picchu berada, mengatakan kepada radio RPP.
Dia mengatakan kawasan itu telah kehilangan US$1,4 miliar (sekitar Rp20 triliun) pada tahun 2020 karena kurangnya wisatawan.
"Ada koridor yang aman bagi wisatawan, kami harus mengaktifkan kembali dengan kekuatan besar, tetapi secara bertahap dan bertanggung jawab."
Wilayah Cusco telah mencatat hampir 14.400 kasus virus Corona dan 493 kematian tahun ini dan pemerintah mengatakan infeksi tetap "sangat tinggi."
Kota Cusco, bekas ibu kota Inca, sebagian besar bergantung pada pariwisata, seperti halnya kota-kota di Sacred Valley yang berisi banyak situs arkeologi dari zaman Inca dan pra-Inca, termasuk Machu Picchu.
Peru telah memutuskan untuk mengakhiri penguncian yang diberlakukan di beberapa wilayah karena berkurangnya infeksi dan munculnya situasi ekonomi yang mengkhawtairkan.
PDB turun 11,1 persen pada 2020 tetapi sektor pariwisata anjlok lebih dari 50 persen, menurut angka resmi pemerintah.
Machu Picchu ("Gunung Tua" di Quechua) dianggap sebagai permata pariwisata Peru.
Pada tahun 1983, ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, dan pada tahun 2007, terpilih sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Modern dalam survei online di seluruh dunia.
Benteng, yang dibangun pada abad ke-15, "ditemukan" oleh penjelajah Amerika Hiram Bingham pada Juli 1911, meskipun beberapa penduduk setempat sudah lebih dulu mengetahui keberadaannya.
(afp/ard)