Taruhan ekonominya juga sangat besar bagi masa depan Suriah. Kekayaan warisan negara adalah daya tarik utama dari industri pariwisata yang tetap terhambat tetapi memiliki potensi yang sangat besar.
Suriah memiliki enam situs dalam daftar elit warisan dunia UNESCO dan semuanya mengalami kerusakan pada tingkat tertentu dalam perang.
Selain Palmyra dan Aleppo, kota kuno Damaskus dan Bosra juga menderita. Kastil tentara salib Krak des Chevaliers yang spektakuler juga terperangkap dalam pertempuran itu, begitu pula sekelompok desa tua di dekat perbatasan Turki yang dikenal sebagai "kota mati".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peninggalan warisan sejarah utama lainnya mengalami kerusakan parah, seperti situs Apamea, kota zaman Romawi kuno di sungai Orontes yang terkenal dengan barisan tiang yang bahkan lebih panjang dari Palmyra.
Di puncak kejayaannya, Palmyra adalah simbol peradaban majemuk, pusat komersial di Jalur Sutra yang merupakan persimpangan budaya.
Arsitekturnya merupakan perpaduan pengaruh dari Roma kuno dan Yunani, Persia dan Asia Tengah.
Apa yang dihancurkan selama perang di Palmyra, dan lebih luas lagi di seluruh Suriah, adalah bukti masa lalu multikultural, cita-cita peradaban tertentu.
"Kita semua harus peduli dengan penghancuran warisan Suriah karena, selain Suriah dan Arab, situs dan kota kuno serta monumen ini merupakan bagian dari warisan budaya kita bersama," kata Marozzi.
"Tempat-tempat seperti Palmyra memiliki makna dan nilai universal. Mereka adalah bagian dari peradaban dunia kita, itu adalah tonggak sejarah kita sebagai manusia dan jadi apapun yang merusaknya adalah luka bagi semua umat manusia."
(afp/ard)