Suriah Menangis Destinasi Bersejarah Dirusak & Dijarah ISIS

CNN Indonesia
Selasa, 09 Mar 2021 11:15 WIB
Selain membantai manusia, ISIS ternyata juga rajin merusak museum lalu mencuri artefaknya. Keuntungannya mencapai jutaan dolar AS.
Kuil Bel di Suriah yang sudah punah dari tanah karena dirusak dan dijarah ISIS. (AFP PHOTO / JOSEPH EID)

Penghancuran total

Palmyra hanyalah salah satu kerusakan selama perang di Suriah yang tak dapat diperbaiki.

"Hanya dua kata: kiamat budaya," kata Justin Marozzi, seorang penulis dan sejarawan yang telah banyak menulis tentang wilayah tersebut dan warisannya.

Penghancuran yang terjadi di Suriah pada dekade sebelumnya mengingatkan kita pada zaman lain, ketika kekaisaran Mongol yang didirikan oleh Gengis Khan melancarkan pembantaian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika berbicara tentang Suriah dan Timur Tengah secara khusus, saya tidak dapat berhenti memikirkan Timur, atau Tamerlane, yang membuat neraka di sini pada tahun 1400," kata Marozzi, penulis "Islamic Empires: Fifteen Cities that Define a Civilization."

Referensi tentang penakluk Mongol tidak dapat dihindari ketika merenungkan nasib Aleppo, pusat ekonomi Suriah sebelum perang dan pernah menjadi rumah bagi salah satu kota tua yang paling terawat di dunia.

Tamerlane mempertaruhkan kota itu enam abad lalu, tetapi kehancuran yang ditimbulkan di Aleppo dalam dekade terakhir bukanlah ulah penjajah asing.

Maamoun Abdel Karim adalah kepala departemen barang antik Suriah ketika kerusakan terparah terjadi, dari 2012 hingga 2016.

"Selama dua ribu tahun terakhir dalam sejarah Suriah, tidak ada yang lebih buruk yang terjadi selain apa yang terjadi selama perang," katanya kepada AFP di Damaskus.

"Penghancuran total. Kami tidak hanya berbicara tentang gempa bumi, kebakaran, atau perang di satu kota - tetapi kehancuran di seluruh Suriah," katanya.

Dirusak lalu dicuri

Sebelum perang, kota utara Aleppo - yang dianggap sebagai salah satu pemukiman tertua di dunia - memiliki pasar, masjid, sampai pemandian umum.

Tapi ISIS merusak tradisi dan budaya di sana.

Pemerintah, yang mulai tahun 2015 diuntungkan dari kekuatan militer Rusia, sangat bergantung pada kekuatan udara untuk merebut kembali wilayah tersebut.

"Saya tidak bisa melupakan hari jatuhnya menara masjid Umayyah di Aleppo, atau hari ketika api mengobrak-abrik pasar kuno kota," kata Abdel Karim.

Bangunan lain yang, seperti menara abad ke-11, yang mampu bertahan selama berabad-abad penguasaan Tamerlane, telah hilang selamanya.

"Sekitar 10 persen barang antik Suriah rusak, dan itu angka yang tinggi untuk negara dengan begitu banyak peninggalan dan situs bersejarah," kata mantan kepala barang antik itu.

Sebuah laporan yang diterbitkan tahun lalu oleh Gerda Henkel Foundation dan Masyarakat Suriah untuk Perlindungan Purbakala yang berbasis di Paris mengatakan lebih dari 40 ribu artefak telah dijarah dari museum dan situs arkeologi sejak dimulainya perang.

Perdagangan "barang antik hasil konflik" telah menghasilkan jutaan dolar AS bagi ISIS dan anteknya.

ISIS memiliki departemen khusus yang mengatur penggalian situs arkeologi, menunjukkan keuntungan yang akan didapat cukup signifikan, meskipun tidak pernah dihitung secara akurat.

Kekacauan yang melanda Suriah pada puncak perang memungkinkan potongan-potongan yang lebih kecil denga mudah dapat dipindahkan - seperti koin, patung, dan pecahan mosaik - tersebar di seluruh dunia melalui pasar gelap barang antik.

Sementara beberapa upaya telah dilakukan untuk membendung perdagangan gelap, dan bahkan dalam beberapa kasus untuk mulai memulangkan artefak curian ke Suriah dan Irak, kerusakan yang terjadi sangat besar.

Generasi Muda Suriah Terancam Buta Sejarah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER