HARI BUMI

3 Perubahan Kecil yang Bisa Kamu Lakukan Untuk Jaga Bumi

CNN Indonesia
Kamis, 22 Apr 2021 13:06 WIB
Apa yang sudah kamu lakukan untuk merawat bumi? Tak perlu mencari atau melakukan hal yang besar untuk mulai merawat bumi.
(iStockphoto/svetikd)

2. Mengurangi limbah tekstil

Tren busana memang selalu berganti. Demi terlihat trendi banyak orang akhirnya membeli baju-baju baru sesuai tren bukan karena kebutuhan. Lalu baju-baju yang lama? buang saja.

Sadarkah Anda bahwa perilaku ini memberikan dampak buruk untuk lingkungan dengan limbah fashionnya?

"Fakta menunjukan bahwafesyen merupakan salah satu penyumbang polutan sampah terbesar.Sekitar 95 persen sampah tekstil yang terbuang sebenarnya masih bisa didaur ulang(recycle)atau didayagunakan kembali menjadi benda berfungsi lain(upcycle)," kata Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif SMMsaat konferensi pers pameran Sayang Sandang, Sayang Alam beberapa waktu lalu.

"Sebagai merek fashion dengan konsepslow fashion,salah satu cara kami mengurangi sampah tekstil, adalah dengan menciptakan sandang dari bahan yang dapat terurai, memanfaatkan sisa kain produksi, melakukan program daur ulang dan modifikasi nilai guna dari kain."

Bukan cuma soal jumlah limbah fashion yang dihasilkan, namun penggunaan penggunaan serat sintetis seperti poliester yang merupakan serat plastik dan tidak dapat terurai secara hayati dan mencemari lingkungan karena membutuhkan waktu hingga 200 tahun untuk dapat terurai.

"Terlebih lagi, sekitar 85 persen dari sampah tekstil dibuang ke tempat sampah dan laut."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pekerja memilah limbah sisa kain di tempat pengepul limbah tekstil, Jakarta.Foto: MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA
Pekerja memilah limbah sisa kain di tempat pengepul limbah tekstil, Jakarta.

3. Mengurangi limbah elektronik

Sama seperti fashion, alat elektronik pun kerap mengikuti tren. Sebut saja ponsel, televisi, laptop, earphone, sampai peralatan rumah tangga. Keinginan untuk selalu mengikuti tren seringkali tak diikut dengan kebijakan yang berakar pada lingkungan bahkan kebutuhan.

Yang harus dilakukan adalah lebih bijaksana untuk membeli produk elektronik. Belilah sesuai kebutuhan bukan sekadar memenuhi keinginan semata. 

Tahukah Anda apa yang akan terjadi ketika sampah elektronik menumpuk? Limbah elektronik bukanlah sampah yang mudah 'dibuang' apalagi terurai.

Berdasarkan data dari UNGlobal E-waste Monitor 2020, ada sebanyak 53,6 juta ton limbah elektronik yang diproduksi secara global, dalam lima tahun telah naik sebesar 21 persen dan diperkirakan dalam tahun 2030 akan mencapai 74,7 juta ton. Hal ini adalah konsekuensi daritingkat konsumsi peralatan listrik dan elektronik yang tinggi, siklus hidup produk yang pendek, dan opsi perbaikan elektronik yang sangat terbatas.Yang mengkhawatirkan juga adalah kenyataan bahwa hanya 17,4% dari limbah elektronik di tahun 2019 yang dapat dikumpulkan dan didaur ulang.



"Jawabannya dapat ditemukan dalam budaya konsumen yang sangat tinggi. Kita sering sekali berpikir bahwa kita dapat mengendalikan kebiasaan pembelanjaan kita sendiri, namun ada sesuatu yang jauh lebih besar dan berperan dalam hal ini," ungkap Boris Trupcevic, CEO FOREO, perusahaanskin-techSwedia dalam pernyataan yang diterima CNNIndonesia.com.

"Saya rasa mayoritas orang tidak menyadari sesuatu yang disebut planned obsolescence atau keusangan terencana."

Dijelaskan Trupcevic, praktik planned obsolescence dimulai pada 1924 ketika pertemuan produsen utama bola lampu di Jenewa melahirkan kartel Phoebus. Mereka membutuhkan pelanggan baru dan karena bohlam mereka bertahan terlalu lama, mereka semua setuju untuk merekayasa ulang bohlam mereka sehingga mereka akan terbakar setelah tidak lebih dari 1.000 jam, dibandingkan dengan 1.500 atau 2.000 jam yang telah menjadi hal umum sampai saat itu.

Kartel mendenda mereka yang memproduksi produk dengan umur yang lebih panjang dan membuat bisnis kembali booming. Segera setelah itu, bisnis lain mengenali taktik menguntungkan ini yang masih berlaku dan terus berkembang hingga saat ini.

(chs)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER