Jakarta, CNN Indonesia --
Makanan Lebanon bukan makanan yang asing buat orang Indonesia. Ada beberapa nama restoran ala Lebanon di Jakarta lengkap dengan semua menu khasnya.
Tapi tak semuanya bisa memberikan pengalaman makan seperti di restoran asli di Lebanon. Sore itu, menjelang waktu berbuka puasa, restoran AL Nafoura di hotel Le Meridien cukup ramai. Setelah melakukan pengecekan suhu, tetap memakai masker, menjaga jarak, menggunakan hand sanitizer, dan melakukan scan barcode untuk registrasi, kami bergegas berkelana melihat semua makanan yang tersaji ala buffet.
Meski saat itu, Le Meridien tengah melakukan renovasi di beberapa bagian, namun tak menyurutkan niat para koki di bawah komando Chef de Cuisine Ahmad Moussa untuk menghadirkan berbagai hidangan khas Lebanon yang autentik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"AL Nafoura berati air mancur. Restoran ini sudah berdiri sejak 1998," ungkap Moussa di sela-sela break usai berbuka puasa beberapa waktu lalu.
Sembari melepas topi kebanggaannya, dan sesekali menyeka peluhnya, dengan antusias dia bercerita bahwa untuk menciptakan semua kuliner sampai ambience autentik, banyak 'aksesori' yang memang didatangkan dari Lebanon. Bahkan termasuk Moussa sendiri berasal dari Lebanon.
Seperti layaknya makanan Eropa, Lebanon juga punya makanan pembuka alias starter. Namun bukan sup, melainkan cold appetizer atau cold mezzeh.
Demi menjaga kebersihan, Anda tak perlu mengambil sendiri semua makanan. Para staf yang bertugas di masing-masing station makanan akan mengambilkan semua makanan yang Anda inginkan.
Sebagai pembuka puasa, roti pita yang pipih dan bulat dalam ukuran yang sesuai sebagai makanan pembuka (karena umumnya, roti pita berukuran cukup besar sebagai makanan pembuka dan berakhir sebagai sisa makanan). Roti pita ini bisa disantap dengan tambahan aneka makanan pendamping seperti hommos, moutabel, babaganoush, tabouleh, labneh kishkeh, mohamara, makali ma tahini sauce, dan lainnya.
Sebenarnya tanpa tambahan apapun, roti pita ini sudah punya 'rasanya' sendiri. Jangan bayangkan rasanya bakal seperti roti asin atau roti manis. Tidak, tapi lebih seperti roti tawar dengan tekstur yang tak alot namun kokoh. Ada aroma bakaran oven kayu bakar yang tercium dari roti tersebut. Ternyata, Moussa membenarkan kalau roti ini dipanggang dengan oven kayu bakar dengan cara tradisional.
"Kayunya pakai kayu rambutan."
Kayu rambutan sendiri memang sudah sejak lama dikenal bisa memberikan aroma yang sedap pada makanan yang dibakar dengan kayu tersebut.
 Foto: Arsip Le Meridien |
Makanan utama
Sesuai saran Moussa, seporsi nasi biryani atau nasi mandi yang menjadi andalan restoran tersebut wajib dicoba.
"Ini mirip yang biasa kalian sebut Nasi Kebuli," ucapnya.
Nasi biryani yang disajikan merupakan lamb biryani. Untuk membuatnya, Moussa memakai beras basmatti yang memiliki bulir panjang dan disebut menempelkan lebih banyak bumbu dalam tiap butirnya. Tekstur nasinya yang juga lebih keras memberikan tekstur tersendiri.
"Enggak bisa pakai beras dari Indonesia, karena beda teksturnya. Beras Indonesia lebih menggumpal."
Nasi ini dibuat dengan cita rasa khas Lebanon. Beberapa bahan baku bahkan didatangkan dari negara asalnya. Moussa mengungkapka meski ada banyak toko Timur Tengah di Jakarta, namun ada beberapa yang langsung di datangkan dari sana.
Untuk menghasilkan rasa yang nikmat, nasi biryani ini dibuat 'bersamaan' dengan roasted lamb.
"Daging domba dimasak, roasted selama 4 jam. Sedangkan di bawahnya dipakai untuk memasak nasi. Nantinya tetesan kaldu domba akan masuk nasi yang dimasak di bawahnya. Ini yang membuat rasanya meresap sampai ke beras."
Setelah daging domba selesai dimasak, campuran berbagai macam bumbu seperti saffron, dan nasi yang dimasak dengan tambahan butter serta yogurt akan membuat nasinya jadi lebih berkilau dan 'juicy' tak kering.
Anda tak akan merasakan rasa rempah yang terlalu menyengat seperti kebanyakan nasi biryani lainnya. Dia mengakui sudah melakukan beberapa penyesuaian rasa untuk lidah Indonesia.
 Foto: iStockphoto/mtcurado Awamat |
Rasa pedas misalnya, di Indonesia beberapa makanan dibuat sedikit lebih pedas dibanding rasa aslinya. Selain itu, dikatakannya, orang Indonesia lebih suka makanan yang lebih banyak bawang putih dan punya rasa manis. Indonesia tak terlalu suka makanan dengan taste asam seperti layaknya di Timur Tengah.
Selain nasi biryani, Anda juga bisa menikmati hidangan lainnya seperti chicken shawarma. Sekilas hidangannya mirip dengan chicken pocket dengan roti pita yang dipotong separuh. Di dalamnya juga diberikan isian lain seperti sayuran, parsley, daun mint, dan beberapa racikan saus yang sedikit asam namun menyegarkan dengan spice ayam shawarma yang berempah.
"Di Lebanon, ini makanan street food. Dihadirkan di sini juga untuk memperkenalkannya, lengkap dengan mesinnya."
Sweet tooth
Bagi Anda pecinta manis jangan lewatkan homemade dessert Timur Tengah yang menggoda. Anda bisa menikmati baklava si pastry Timur Tengah, Tunisian Farka yang memiliki cita rasa kacang yang kuat, sampai awamat si gorengan bulat kecil dengan taburan gula bubuk di atasnya.