Bersama dengan pasangan hingga akhir hayat sepertinya jadi kisah cinta romantis yang diidam-idamkan banyak orang. Namun tak ada yang bisa menjamin hidup bahagia bersama pasangan hingga akhir hayat.
Perpisahan bisa datang dan terjadi kapan saja tak memandang waktu, baik itu perpisahan karena tutup usia, atau karena perceraian.
Psikolog keluarga dari Indonesia Association for Counseling (IAC) Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan ada banyak alasan perceraian pada pasangan usia senja, seperti yang dialami pendiri Microsoft Bill Gates dan Melinda setelah 27 tahun bersama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa di antaranya seperti kemunculan orang ke tiga, masalah kesehatan, perselisihan sejak lama yang tidak terselesaikan, atau bahkan merasa sudah tidak bahagia lagi hidup bersama pasangan.
Namun apapun alasan perceraian, akar yang mendasarinya tetap satu, yakni tidak lagi ada ikatan batin antara keduanya.
"Sebenarnya ada penyebab yang mendasarinya, yaitu tidak terciptanya ikatan batin dan kedekatan emosional yang kuat selama menjalani pernikahan," kata Rahma saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (4/5).
Saat menikah, pasangan akan memiliki tujuan bersama atau visi misi berdua. Tujuan itu bisa saja berupa pengasuhan dan pendidikan anak, pekerjaan atau bisnis bersama. Tujuan bersama ini yang akan menguatkan pasangan bahkan ketika rumah tangganya diterjang badai.
Namun tujuan bersama ini perlu dibarengi dengan kedekatan emosional satu sama lain. Jika tidak ada kedekatan emosional, maka pasangan tersebut bisa saja memilih bercerai ketika tujuannya sudah tercapai.
Misal, ketika bertujuan untuk memiliki anak dan memberikan pendidikan yang baik, saat anak sudah dewasa dan mandiri, maka tujuan satu ini bisa dikatakan tercapai.
"Maka jika tidak dibarengi dengan kedekatan emosional yang kuat satu sama lain, hubungan pasangan tersebut dapat menjadi lemah dalam menghadapi badai pernikahan," jelas Rahma.
"Pasangan akan merasa tidak ada yang perlu dipertahankan lagi akhirnya memilih untuk berpisah."
Selain tak ada kedekatan emosional, ditambah tujuan bersama yang sudah terpenuhi, perceraian pada usia senja bisa terjadi karena komitmen antar pasangan yang berubah.
Psikolog klinis Kasandra Putranto mengatakan, akan ada banyak alasan yang dilontarkan pasangan ketika memilih bercerai. Namun menurutnya, akar masalah perpisahan pada pasangan usia senja yakni perubahan komitmen di antara satu atau keduanya.
"Banyak pasien sudah menikah puluhan tahun minta cerai, kalau ditanya alasannya banyak. Ada karena cekcok terus, pasangan tidak menyenangkan, tidak membanggakan, pasangan merepotkan, tapi kalau dari sisi psikologis saya lihat alasannya cuman satu yaitu perubahan komitmen," kata Kasandra.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa saat menikah, pasangan akan menerima atau setidaknya mentolerir segala bentuk kekurangan, tingkah laku, dan sikap pasangannya.
Hanya saja, sikap 'menerima' itu bisa hilang terkikis waktu, ditambah lagi jika pasangan sudah tak membawa kebahagiaan saat bersama.
"Mungkin ada perubahan komitmen, ada hal-hal yang sudah tidak bisa diterima lagi hingga akhirnya, mungkin perceraian adalah satu-satu jalan keluar dari masalah," ucapnya.
Orang yang sudah kelewat matang secara usia bisa ikut terprovokasi oleh lingkungan. Hal ini juga yang bisa menyebabkan perceraian di usia senja.
Provokasi lingkungan sekitar, seperti bisik-bisik tetangga, bahkan tanggapan dari keluarga bisa mendorong pasangan untuk bercerai. Terutama jika orang-orang terdekat mendukung untuk bercerai.
"Di zaman sekarang ada faktor lain [pendukung perceraian] sebenarnya, yaitu ada yang manas-manasin, termasuk keluarga," kata Kasandra.
"Jadi kalau komitmen sudah berubah, menilai perceraian adalah jalan keluar, dan sudah terpengaruh provokasi lingkungan untuk bercerai, ya maka mereka akan bercerai," tutupnya.
(mel/agn)