Jakarta, CNN Indonesia --
Pada 29 Mei ini, Indonesia merayakan Hari Lansia Nasional. Harapannya, lansia bisa tetap aktif, sehat, mandiri dan berdaya guna.
Terkait peringatan hari nasional ini, Dokter spesialis penyakit dalam-konsultan geriatri, Lazuardhi Dwipa, mengaku kerap prihatin dengan pandangan yang menyatakan lansia memang akrab dengan kondisi renta.
"Ah sudah tua, renta itu biasa, maklum. Itu enggak boleh, itu sesuatu yang tidak boleh dimaklumi," ujar Lazuardhi dalam gelaran Hari Lansia Nasional bersama Entrasol, Sabtu (29/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dunia kesehatan dikenal sindroma geriatri yakni masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada lansia akibat proses penuaan. Ini berupa masalah kesehatan mental, gangguan tidur, masalah pencernaan, tulang rapuh, massa otot menurun (sarcopenia), penyakit komorbid.
Jika dibiarkan, masalah-masalah ini bisa berujung pada kerentanan lansia terhadap penyakit infeksi juga kondisi renta, sulit mandiri dan kualitas hidup menurun.
Bagaimana lansia bisa disebut renta?
Lazuardhi menyebut ada daftar pertanyaan yang bisa digunakan untuk menilai lansia renta atau tidak. Terdapat lima pertanyaan dengan nilai 1 poin untuk jawaban 'ya'. Jika total poin lebih dari atau sama dengan 3 maka, lansia sah untuk disebut renta.
1. Kelemahan otot
Apakah mengalami kesulitan saat naik 10 anak tangga?
Kesulitan di sini berarti lansia harus istirahat untuk bisa menyelesaikan 10 anak tangga atau bahkan harus dibantu.
2. Aktivitas
Apa mudah lelah dan lelah terasa berkepanjangan?
Mudah lelah dan rasa lelah yang berkepanjangan merupakan salah satu tanda lansia mengalami masalah psikologis. Ini bisa menjadi salah satu tanda depresi.
3. Penyakit banyak
Apa memiliki lebih dari 5 penyakit menahun?
Penyakit yang dimaksud seperti, penyakit jantung, diabetes, hipertensi, pernah kena serangan jantung, asma, nyeri sendi.
4. Performa fisik
Apa tidak sanggup jalan kaki sejauh 200 meter?
Jalan kaki sepanjang 200 meter bisa digunakan untuk mengetahui performa fisik lansia. Saat jalan 200 meter saja tidak kuat, berarti performa fisik menurun.
5. Malnutrisi
Apa pernah mengalami penurunan berat badan 5 persen dibanding berat badan setahun lalu tanpa bermaksud menurunkan berat badan?
"Faktor renta ini bisa diubah, bisa dimodifikasi. Jadi kerentaan bukan harga mati, bisa diobati," imbuhnya.
 Mudah lelah dan rasa lelah yang berkepanjangan merupakan salah satu tanda lansia mengalami masalah psikologis. (REUTERS/KAI PFAFFENBACH) |
Bagaimana Mengatasi Kerentaan ada di halaman selanjutnya...
Lantas bagaimanakah untuk mengatasi kerentaan pada para lansia? Ada beberapa penjelasan yang bisa digunakan untuk mengatasi hal tersebut:
1. Fondasi gizi yang baik
Lazuardhi mengatakan kebutuhan nutrisi lansia dengan orang pada umumnya tidak jauh berbeda. Namun lansia memerlukan protein sedikit lebih banyak dibanding orang dewasa muda. Protein ini digunakan untuk menjaga massa otot agar tidak mudah menyusut hingga mengalami sarcopenia.
Dalam beberapa penelitian, jumlah yang direkomendasikan cukup beragam tetapi rata-rata menyebut 1,2-1,5 gram protein per kilogram berat badan. Pada lansia, kekurangan protein bisa berisiko penurunan massa otot.
Sedangkan untuk kalori, disarankan jumlahnya dihitung dengan rumus 30 x berat badan. Untuk berat badan 50 kilogram, misal, memerlukan 1.500 kalori.
2. Olahraga
Aktivitas olahraga bermanfaat untuk penguatan otot, stamina dan kelenturan tubuh. Saat otot kuat, lansia tidak mudah jatuh atau kehilangan keseimbangan. Lansia pun bisa tetap aktif bergerak dan beraktivitas tanpa bergantung pada orang lain.
Warga lansia memeriksa kesehatan sebelum menerima vaksinasi Covid-19, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (22/3/2021). (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
3. Kelola penyakit menahun
Jika memiliki penyakit yang sifatnya menahun atau kronis, sebaiknya kelola dengan tepat misal diabetes maka kendalikan kadar gula darah, hipertensi perlu monitoring dan kontrol tekanan darah.
4. Hindari polifarmasi
Beberapa penyakit dan kondisi tubuh kerap membuat lansia harus mengonsumsi obat dalam jumlah banyak dan beragam. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengkondisikan jumlah obat yang lebih sedikit untuk meminimalisir risiko kesehatan terlebih jika obat ternyata kontraindikasi dengan obat lain.
Sebagai informasi, penetapan 29 Mei sebagai hari Lansia Nasional itu bukanlah tanpa alasan.
Dalam sejarahnya, penetapan pada tanggal ini mengambil dari hari lahir atau ulang tahun Radjiman Wedyodiningrat, salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia.
Pada masa revolusi kemerdekaan di dekade 1940-an silam, Radjiman yang memasuki usia 66 mendapat kepercayaan untuk menjadi Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Seperti Radjiman yang kala itu sudah tergolong manula, Harapannya dengan penetapan hari nasional ini para lansia bisa tetap aktif, sehat, mandiri dan berdaya guna.