Mengobati Luka Batin dalam Jalur Ziarah Santo Yakobus

CNN Indonesia
Rabu, 09 Jun 2021 10:50 WIB
Jalur ziarah Camino de Santiago di Spanyol kembali dibuka. Banyak yang datang untuk mengobati luka batin selama pandemi virus Corona melanda dunia.
Peziarah berjalan kaki di jalur Camino de Santiago, Spanyol. (AP/Alvaro Barrientos)

Jumlah peziarah yang tiba di Camino de Santiago selama satu setengah tahun ke depan diperkirakan meningkat, setelah Paus Fransiskus memperpanjang tahun suci 2021 yang didedikasikan untuk Santo Yakobus hingga 2022.

Bagi umat Katolik Roma yang mengambil bagian dalam ziarah, berjalan selama Tahun Yubileum memberi mereka kesempatan untuk menerima indulgensi penuh, yang memberi mereka pengampunan penuh dari hukuman sementara atas dosa-dosa mereka. Tahun Yubileum terakhir untuk menyusuri jalur ziarah itu adalah pada tahun 2010.

Uskup Agung Santiago Julián Barrio mengatakan dia sangat optimis bahwa sekitar 300 ribu peziarah datang tahun ini, selama kecepatan program vaksinasi Spanyol dan situasi kesehatan di seluruh dunia terus membaik. Dia mengharapkan banyak orang datang mencari hiburan dari rasa sakit akibat pandemi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jalan Santo Yakobus, dalam pengertian ini, dapat membantu kita. Ini adalah ruang yang membantu kita memulihkan kedamaian batin kita, stabilitas kita, semangat kita, yang tanpa diragukan lagi kita semua butuhkan, mengingat kesulitan yang kita hadapi dalam menghadapi rasa sakit dan kerusakan akibat pandemi yang terkadang membuat kita tidak bisa berkata-kata," kata Barrio.

Ziarah yang menyembuhkan

Para ahli kesehatan mental setuju bahwa perjalanan ziarah di Camino de Santiago dapat membantu penyembuhan emosional bagi orang yang melakukannya.

Dr Albert Feliu, seorang psikolog kesehatan dan dosen di Universitas Otonom Barcelona, mengatakan hasil awal dari survei terhadap 100 peziarah menunjukkan pengurangan stres dan depresi.

Survei tersebut merupakan bagian dari studi multi-tahun tentang manfaat berjalan di Camino de Santiago yang dilakukan oleh para peneliti klinis dari universitas di Spanyol dan Brasil.

Manu Mariño, direktur Quietud Mindfulness Center di Santiago, juga terlibat dalam penelitian ini. Ia telah menunaikan ziarah sebanyak 24 kali.

"Jalan Santo Yakobus adalah tempat yang sangat baik untuk membantu kita menyadari bahwa penderitaan merupakan bagian dari kehidupan, dan bahwa penderitaan kita bergantung pada bagaimana kita berhubungan dengan apa yang kita alami," kata Mariño.

"Anda belajar untuk hidup hanya dengan apa yang diperlukan, yang berarti persis apa yang dapat Anda bawa dalam ransel."

Vladimir Vala, seorang lulusan universitas berusia 25 tahun di bidang bisnis, datang ke Spanyol untuk berjalan kaki selama tiga minggu sebelum kembali ke Republik Ceko untuk menikah.

Vala merasa mendapat kedamaian saat ia berjalan kaki seorang diri melewati pedesaan.

"Orang-orang sendirian dan mereka harus menghadapi diri mereka sendiri (selama pandemi)," kata Vala setelah mengunjungi katedral.

"Dan saya pikir berjalan kaki di Camino adalah (tentang) menghadapi diri sendiri."

Ferron yang baru saja bercerai memiliki penilaian serupa.

"Jalurnya bagus untuk melatih kesehatan mental Anda, karena selama pandemi semua orang hampir merasa gila akibat dikurung," katanya.

"Beberapa medannya sangat sulit, tetapi pada akhirnya Anda mencapai tujuan Anda dan kemudian Anda mendapat hadiah bir dingin, yang luar biasa."

(ap/ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER