Jakarta, CNN Indonesia --
Tak banyak yang sadar, setiap tanggal 15 Juni setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Tanpa Daging Sedunia.
Namun hari tanpa daging ini berbeda dengan hari vegetarian. Hari vegan dirayakan setiap tanggal 1 November tiap tahunnya.
Pada hari tanpa daging sedunia, orang-orang diajak untuk 'pantang' makan daging dalam sehari dan menggantinya dengan plant based meal atau berbahan sayuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Happy Days 365, pada tanggal 15 Juni orang-orang diharapkan tak makan daging dalam satu hari. Hari Tanpa Daging Sedunia adalah hari yang tepat untuk beristirahat dari kebiasaan Anda makan daging dan mencoba sesuatu yang berbeda.
Bagaimana sejarahnya?
Hari tanpa daging sebenarnya sudah menjadi bagian dari tradisi, agama, sampai gaya hidup.
Dalam Katolik dan Anglikan, umat disarankan untuk tak makan daging pada hari Jumat dan pantang daging ketika mempersiapkan Paskah.
Di masa lalu hukum Inggris menyatakan bahwa tukang daging dan pedagang dilarang menyembelih hewan atau menjual daging pada 'hari ikan' mingguan, yaitu Jumat dan Sabtu. Hari-hari tanpa daging juga telah diciptakan selama masa perang atau kesulitan lain karena kekurangan bahan makanan secara umum, sebagai cara untuk membuat daging yang tersisa sedikit lebih lama.
Selain itu, selama Perang Dunia II, hari tanpa daging juga diterapkan pada hari Selasa di Kanada.
Para ilmuwan mengatakan bahwa pada tahun 2050, populasi dunia akan meningkat menjadi lebih dari 9 miliar orang, yang 30 persen lebih tinggi dari sekarang. Jika kita tidak bisa mengubah pola makan kita, peningkatan produksi daging diperkirakan akan mencapai sekitar 200 juta ton.
Hanya saja, mengutip Days of the Year, alasan untuk menerapkan hari tanpa daging cukup berbeda. Alasan utamanya adalah pengurangan perubahan iklim (climate change). antropogenik dan peningkatan kesehatan manusia dan kesejahteraan hewan.
Selain itu, urusan kesehatan juga jadi pertimbangan tersendiri untuk mengurangi konsumsi daging.
 Foto: CNN Indonesia/Daniela Dinda |
Alasan pertama adalah, kebanyakan mengonsumsi daging olahan (daging proses)
Hubungan daging dengan perubahan iklim
Anda mungkin bertanya-tanya apa hubungan hari tanpa daging dengan perubahan iklim.
Dikutip dari World Meat Free Week, Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2016 oleh The University of Oxford menemukan bahwa adopsi vegetarisme secara luas akan mengurangi emisi terkait makanan ke lingkungan sebesar 63 persen.
Hal ini juga diungkapkan oleh Young Climate Champion dan co-founder heyStartic, Vania Santoso beberapa waktu lalu.
"Konsumsi daging yang tinggi akan menciptakan emisi karbon tinggi. Peternakan juga menyumbang emisi karbon tinggi yang bisa menimbulkan efek rumah kaca," ungkapnya dalam talkshow Hari Kesehatan Dunia 2021 beberapa waktu lalu.
Penelitian yang dilakukan oleh Enviromental Working Group (EWG) menyebut bahwa rantai makanan manusia memang menghasilkan emisi karbon, termasuk sayuran. Namun dibanding pertanian, peternakan menghasilkan emisi karbon yang lebih besar.
EWG menemukan bahwa daging domba, sapi, dan keju menghasilkan emisi karbon yang tertinggi.
"Sebagian, karena mereka berasal dari hewan ruminansia yang terus-menerus menghasilkan metana melalui proses pencernaan mereka, yang disebut fermentasi enterik. Metana (CH4) - gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat (CH4) daripada karbon dioksida (CO2), menyumbang hampir setengah dari emisi yang dihasilkan dalam model produksi daging sapi Nebraska studi ini," tulis mereka dalam laporannya.
Daging domba memiliki dampak terbesar, menghasilkan 39,3 kg (86,4 lbs) setara karbon dioksida (CO2e) untuk setiap kilo yang dimakan - sekitar 50 persen lebih banyak daripada daging sapi.
Daging sapi memiliki emisi tertinggi kedua, menghasilkan 27,1 kilo (59,6 lbs) CO2e per kilo yang dikonsumsi. Itu lebih dari dua kali emisi daging babi, hampir empat kali lipat dari ayam dan lebih dari 13 kali lipat dari protein nabati seperti kacang-kacangan, lentil dan tahu. Sekitar 30 persen daging yang dikonsumsi di Amerika adalah daging sapi.
Keju menghasilkan emisi tertinggi ketiga, 13,5 kilo (29,7 lbs) CO2e per kilo yang dimakan.
Bahaya Kebanyakan Daging untuk Kesehatan
Mengutip berbagai sumber, ada beberapa alasan mengapa konsumsi daging bisa berbahaya untuk kesehatan.
"Daging berlebih emisi karbon berlebih. Makanya bergerak bukan cuma diet seimbang tapi Sustainable diet yang seimbang sayuran, buah, dan sumber protein yang beragam. Bukan cuma daging yang banyakin," ungkap Dicky Tahapary, Staff Divisi endokrin, metabolik, dan diabetes, departemen penyakit dalam RSCM FKUI beberapa waktu lalu.
Keringat berlebih
Jika Anda pernah duduk dan makan daging dalam jumlah yang terlalu banyak, Anda mungkin tahu fenomena yang disebut 'daging berkeringat.' Beberapa saat setelah makan daging terlalu banyak, Anda makan mulai berkeringat deras.
Ketika Anda makan terlalu banyak daging, tubuh harus mengerahkan energi untuk mencerna dan memproses makanan tersebut, ini disebut sebagai thermogenesis, dan bisa meningkatkan suhu tubuh Anda.
Cepat lelah
Semua energi yang dibutuhkan untuk mencerna makanan berat seperti daging bisa menimbulkan bahaya setelah makan banyak daging. Salah satunya, jadi lamban, berkabut, atau bahkan mengantuk.
 Foto: iStockphoto/Oppdowngalon ilustrasi daging sapi |
Masalah pencernaan
Salah satu konsekuensi dari makan terlalu banyak daging adalah Anda cenderung makan lebih sedikit makanan lain,termasuk serat. Akibatnya, Anda mungkin merasa kembung, atau menderita sembelit atau diare, akibat pencernaan yang buruk.
Dehidrasi
Efek samping lain dari semua protein dalam makanan yang kaya daging adalah dibutuhkannya banyak air tubuh untuk memprosesnya, membuat Anda dehidrasi.
Bahaya untuk diet
Memang benar bahwa diet tinggi protein dapat membantu tujuan penurunan berat badan dengan membantu Anda tetap kenyang lebih lama setelah makan, dan memberikan sedikit keuntungan untuk pembakaran kalori karena termogenesis.
Meningkatkan risiko kanker dan kardiovaskular
Penelitiansecara konsisten mengaitkan konsumsi daging merah dan olahan yang lebih tinggi dengan peningkatan risiko kanker tertentu, serta penyakit kardiovaskular.
Bau badan
sebuah studi dari Journal Chemical Senses menemukan bahwa orang yang makan makanan non-daging memiliki bau tubuh yang dinilai secara signifikan lebih menarik, lebih menyenangkan, dan kurang intens daripada bau tubuh orang yang menyantap daging, terutama yang banyak makan daging.