Menurut Inez, selain demi mencapai kenikmatan, self pleasure juga bertujuan untuk mengenal bagian tubuh sendiri.
Mengenal titik-titik kenikmatan yang ada pada tubuh bisa dilakukan melalui self pleasure. Caranya cukup dengan meraba setiap bagian tubuh hingga menemukan erogenous zones yang membawa Anda sampai klimaks, hanya dengan sentuhan.
"Titik kenikmatan di tubuh manusia bisa macam macam, orang pikirnya cuma genital aja, tapi sebenarnya titik-titik di tubuh manusia ada juga yang bisa memberikan kenikmatan bukan hanya genital. Misalnya, sensitif di bagian leher, bibir, leher, dan lain-lain," jelas Inez.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan mengenal tubuh sendiri, seseorang bisa menjadi lebih percaya diri ketika berhubungan seksual dengan orang lain. Setiap orang jadi mengenal mana titik 'nyaman' yang bisa disentuh, yang sebaiknya dihindari, dan mana yang membutuhkan sentuhan lebih agar berhubungan seks lebih memuaskan.
Mengenal tubuh sendiri juga sekaligus menjaga kesehatannya. Seseorang akan lebih sadar jika ada sedikit saja perbedaan pada bagian tubuhnya, terlebih organ seksualnya.
"Seksualitas sebenarnya bagian dari diri manusia. Dengan mengenal aspek seksual, kita lebih mengenal diri sendiri. Kita jadi lebih tahu bagaimana fungsinya, bagaimana cara kerjanya, bisa lebih take care untuk kesehatannya. Misalkan ada fungsi yang dulu berfungsi dengan baik, kok, sekarang terganggu. Nah, itu, kan, bisa ketahuan," jelas Inez.
![]() |
Aktivitas yang berkaitan dengan self pleasure mungkin identik dengan tindakan yang dilakukan kaum pria. Padahal, self pleasure merupakan hal normal yang juga bisa dilakukan perempuan.
"Secara psikologis, self pleasure merupakan salah satu kebutuhan dalam tahap perkembangan seseorang," kata Gardenia.
Ketika seorang individu mencapai usia remaja-dewasa, maka kebutuhan akan hubungan intim, termasuk hubungan seksual, akan meningkat. Kondisi tersebut akan menimbulkan keinginan untuk mencapai kepuasan diri melalui aktivitas seksual, salah satunya adalah self pleasure.
Namun, keputusan untuk melakukan aktivitas seksual atau tidak, merupakan keputusan pribadi. Meski secara ilmiah kebutuhan seks adalah hal normal bagi makhluk hidup, tradisi atau prinsip hidup tertentu mungkin melarang aktivitas seksual sebelum pernikahan.
"Apa eksplorasi yang dilakukan untuk mengenal seksualitasnya, itu kembali lagi pada pribadi masing-masing. Mempelajari seksualitas baik adanya, tapi apa yang dilakukan itu balik lagi ke nilai pribadi," tutur Inez.
(mel/asr)