Kata Dokter soal Tes Covid-19 Pakai Saliva
Tes Covid-19 dengan saliva bukan hal yang baru. Namun, metode deteksi lewat air liur ini masih banyak diragukan oleh para ahli.
Metode deteksi Covid-19 ini menggunakan air liur untuk mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2. Secara teknis, metode ini lebih mudah dilakukan karena tidak perlu mengambil spesimen melalui nasofaring, yang bikin tidak nyaman.
Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 di bawah naungan Kementerian Riset dan Teknologi (sekarang Kemendikbud Ristek) pada Februari lalu mengklaim sedang mengembangkan alat tes Covid-19 berbasis saliva. Alat ini diharapkan dapat menjadi alternatif pemeriksaan Covid-19 di samping PCR, antigen, dan GeNose.
Namun, tes Covid-19 dengan saliva dikhawatirkan tidak akurat sehingga meningkatkan hasil negatif palsu (false negative).
Dokter spesialis paru, Meita Hendrianingtyas mengatakan, virus Covid-19 lebih banyak berdiam diri dalam bagian dalam hidung atau tenggorokan. Oleh karenanya, deteksi akan lebih akurat dengan melakukan tes usap (swab) pada nasofaring.
Sementara saliva (air liur) bisa diproduksi di dalam mulut, sehingga virus Covid-19 bisa saja tidak ada dalam saliva, tapi ada di nasofaring.
"Kalau saliva itu bahkan dalam kondisi biasa dia sudah bisa keluar, tinggal, maaf, meludah saja gitu. Bisa jadi tidak banyak virusnya dalam ludah karena SARS-CoV-2 tidak sampai pada saliva, melainkan di bagian nasofaring," jelas Meita, dalam siaran YouTube IDI Semarang, Selasa (29/6).
Meita juga menegaskan, tes Covid-19 dengan saliva belum bisa menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam artian, masih ada risiko tinggi pemeriksaan saliva menghasilkan negatif palsu.
"Tes Covid-19 saliva belum memuaskan, sih, hasilnya sejauh ini, dalam artian ada kemungkinan negatif palsu. Tapi, tes ini masih bisa dikembangkan," ucapnya.
Keraguan akan tes Covid-19 menggunakan saliva juga disampaikan oleh dokter spesialis paru, Erlang Samoedro.
Menurut Erlang, pemeriksaan Covid-19 pada air liur tidak akan seakurat dengan pemeriksaan antigen, apalagi PCR. Pemeriksaan dengan metode swab pada nasofaring, baik antigen atau PCR, lebih baik dalam mendeteksi virus daripada hanya tes pada air liur.
"Tes saliva pasti [akurasi] lebih rendah, karena semakin dalam pengambilan sampel, maka angka kepositifannya makin tinggi," ucap Erlang saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (29/6).
Ia juga kembali mengingatkan bahwa tes PCR masih menjadi 'gold standard' pemeriksaan Covid-19 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena tingkat akurasi yang tinggi.
"Metode pemeriksaan dengan akurasi paling tinggi adalah PCR, sekaligus jadi 'gold standard' pemeriksaan Covid-19," pungkasnya.
(mel/asr)