Jakarta, CNN Indonesia --
Danau Orhid, danau tertua di benua Eropa yang masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO, tengah mendapat sorotan dunia, karena sedang mengalami masalah kepadatan lingkungan dan polusi.
Saat ini pemerintah Makedonia Utara berusaha keras untuk menegakkan aturan perlindungan lingkungan di sana, sehingga Danau Orhid tak masuk dalam "daftar neraka" UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia yang terancam punah.
Pertokoan dan tempat makan di sekitar danau saat ini ditutup, menyisakan area berjemur yang masih dibuka untuk wisatawan - yang tentu saja merasa kebingungan karena keramaian wisata di sana tak lagi terasa, terutama di musim panas yang biasanya ramai turis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dimitar Pendoski ialah salah satu pemilik restoran yang ditutup pemerintah.
"Akibatnya semua orang kehilangan -- karyawan, ekonomi lokal, dan tentu saja turis," kata Pendoski kepada AFP.
Berkat kehidupan hewan dan tumbuhan yang unik, reruntuhan prasejarah dan gereja-gereja Bizantium, Danau Ohrid telah menikmati predikat sebagai situs warisan dunia UNESCO selama empat dekade.
Hanya beberapa lusin tempat di seluruh dunia telah memenangkan status bergengsi untuk alam dan budaya ini, termasuk Danau Ohrid, label yang menjadi nilai plus dalam memasarkan destinasi wisata di suatu negara.
Namun badan PBB itu mengatakan Danau Ohrid akan dimasukkan ke dalam daftar "dalam bahaya" selama pertemuan tingkat tinggi akhir Juli, karena kekhawatiran atas isu permukiman dan polusi yang tidak terkendali.
Kecuali Makedonia Utara dapat melakukan keajaiban diplomatik, danau ini bisa diselamatkan dari "daftar neraka" seperti Great Barrier Reef di Australia.
Wali Kota Ohrid, Konstantin Georgieski, sedang sibuk berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan lembaga untuk mengatasi masalah tersebut.
Misinya diperumit oleh dimensi internasional -- sebagian dari danau itu berada di Albania, dan para pejabat mereka juga mengambil bagian dalam diskusi dengan UNESCO.
Tapi Georgieski tidak panik.
"Ini bukan berarti akhir dunia," katanya tentang keputusan UNESCO.
"Setelah 30 tahun pengendalian lingkungan telah lalai, wajar jika mereka (UNESCO) kehilangan kesabaran."
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Kanker di danau
UNESCO pertama kali menambahkan sisi Makedonia dari danau ke daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 1979, lalu memperluas entri untuk memasukkan sisi Albania pada tahun 2019.
Selama masa Yugoslavia, Ohrid adalah pemukiman sepi yang dihuni rumah sakit dan pos pelatihan untuk tim olahraga.
Namun, setelah pemisahan Makedonia dan disintegrasi kacau Yugoslavia pada 1990-an, perkembangan wisata mulai meluas di sepanjang tepi danau.
Pusat perbelanjaan, hotel lima lantai, restoran dan bar bermunculan, sekaligus kompleks apartemen yang mengelilingi kota tuanya.
Pengusaha mengeksploitasi celah hukum untuk membangun di atas tanah yang dilindungi, bahkan seringkali tanpa terhubung ke sistem pembuangan air limbah.
UNESCO memperkirakan sepertiga bangunan di wilayah Ohrid yang lebih luas memompa limbah langsung ke danau.
"Semuanya seperti neraka," kata Nikola Paskali, seorang arkeolog yang telah menghabiskan dua dekade menyelam di danau.
Terkadang dia mencari peninggalan Zaman Perunggu tapi terkadang dia malah menemukan barang bekas -- TV, toilet, dan bahkan bak mandi ukuran penuh adalah beberapa barang yang dia tarik dari dalam.
"Sampah adalah kanker danau," katanya, menuduh pemerintah tidak berbuat banyak untuk melindungi keanekaragaman hayati di danau yang terbentuk lebih dari 1,3 juta tahun yang lalu dan merupakan rumah bagi puluhan spesies unik.
UNESCO telah menyoroti masalah dari bangunan ilegal, penebangan dan peternakan ikan, hingga pengalihan sungai dan pembangunan jalan yang serampangan.
Sebagian besar ditopang oleh keinginan daerah untuk menjadi pusat pariwisata.
"Jika kita mulai sekarang, akan memakan waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki kerusakan yang telah kita lakukan," kata Katarina Vasileska dari kelompok lingkungan akar rumput SOS Ohrid.
Berubah jadi Ibiza
Tapi membersihkan danau memiliki risiko.
Wali Kota Georgieski baru-baru ini memerintahkan penghancuran beberapa bangunan yang dibangun di atas danau yang berfungsi sebagai klub malam dan restoran.
"Sulit untuk menghancurkan properti seseorang di kota kecil seperti kita," katanya. "Saya musuh orang-orang sekarang."
Tapi dia mengatakan bahwa pemilik bisnis perlu mengubah pola pikir mereka, dengan mengingatkan: "Ini bukan Ibiza."
Georgieski membayangkan kotanya bisa didatangi wisatawan yang ingin berwisata alam, bukan hanya untuk berpesta.
Tetapi UNESCO mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa pekerjaan restorasi telah merusak "keaslian" beberapa gereja, dan bahwa bangunan balok kayu yang unik di kota tua itu berisiko dari pembangunan yang tidak terkendali.
Pemilik restoran seperti Pendoski tidak setuju dengan maksud UNESCO atau wali kota, dengan mengklaim bahwa dia telah mengurus semua izin yang diperlukan untuk membuka sebuah tempat bisnis di Orhid.
"Kami semua memiliki tujuan yang sama untuk mendapatkan lebih banyak tamu sekaligus melindungi danau dan alam, tetapi harus ada pengembangan ekonomi lokal," katanya.
Namun, para pencinta lingkungan berpendapat bahwa mengadu domba pembangunan ekonomi dengan masalah ekologis adalah perdebatan yang salah.
"Kami harus menjaga kebersihan danau karena jika tidak, kami akan kehilangan segalanya, kami akan kehilangan pariwisata," kata penyelam Paskali.
Aktivis Vasileska juga menunjukkan bahwa menerima izin bukanlah lampu hijau untuk membuat polusi.
"Anda mungkin mempekerjakan 30 orang," katanya, "tetapi Anda mencemari danau dengan 50 ribu orang."