SURAT DARI RANTAU

Merantau yang Tak Terduga di Negara Gajah Putih

Aulia Amirah Anugrah | CNN Indonesia
Minggu, 04 Jul 2021 13:07 WIB
Perjalanan merantau ke Thailand menjadi pengalaman yang tak terduga bagi saya.
Pemandangan Kuil Wat Arun dan Sungai Chao Praya di Bangkok. Thailand. (iStockphoto/southtownboy)

Biaya hidup

Murah atau mahalnya hidup di Thailand memang sangat relatif. Kalau setiap hari belanja atau makan di restoran tentu saja bakal boros. Oleh karena itu saya memilih tempat tinggal yang ada dapur, sehingga bisa memasak. Alasannya juga termasuk agar terhindar dari makanan yang non-halal.

Sebagai perempuan berhijab, jujur saja saya belum pernah mengalami perlakukan tidak mengenakkan di Thailand. Setiap saya pulang larut malam misalnya, suasana jalanan juga masih terasa aman. Islam memang menjadi agama kedua terbesar di sini setelah Buddha, jadi penduduknya tidak aneh lagi dengan penampakan hijab.

Selain makanan halal, tantangan lain untuk tinggal di Thailand itu menurut saya ialah jarangnya tempat ibadah. Jadi kalau hendak berkegiatan di luar, sebisa mungkin saya salat dulu di rumah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pengalaman saya, kasus pelecehan SARA memang jarang terjadi di Thailand. Mungkin karena penduduknya sudah sangat menerima pendatang dari luar negeri. Tapi jangan coba-coba menghina Kerajaan atau Buddha di sini, karena pasti mereka akan marah.

Penduduk Thailand juga tidak memandang orang hanya dari kepercayaan atau penampilannya. Walau mereka menjunjung tinggi kesempurnaan penampilan - kulit putih, hidung mancung, badan langsing, rambut lurus - tapi mereka tak akan mengejek orang hanya karena ia bukan Buddha atau bahkan LGBT.

Kaum transgender - sebutan di sini lady boy atau lady girl - di sini juga bisa memiliki jenjang karier, dari guru sampai jadi pegawai negeri sipil. Yang dilihat bukan penampilan, melainkan kemampuan. Kalau bisa bekerja, mengapa tidak dipekerjakan.

Bukti bahwa penduduk Thailand itu pecinta damai juga bisa dilihat dari kondisi jalanannya. Akan jarang sekali kita mendengar suara klakson kendaraan bermotor, terutama di pagi hari di saat banyak pemeluk agama Buddha melakukan meditasi.

Membunyikan klakson bisa dianggap perlakuan kurang sopan, karena berisik. Nyatanya, membunyikan klakson juga tidak membuat jalanan bebas macet secara instan, kan?

Kegiatan Aulia Amira Anugrah di Thailand.Penulis saat berkegiatan di sekolahnya di Bangkok, Thailand. (Arsip Aulia Amirah Anugrah)

Tips wisata

Di TikTok (nama akun saya amiirahanugrah), saya sering membagikan informasi mengenai tempat belanja produk kecantikan Thailand, salah satu yang paling lengkap ialah Tofu.

Untuk wisata kuliner, saya sarankan mengunjungi pasar malamnya, karena banyak lapak pedagang kaki lima yang bisa disambangi, terutama bagi turis yang malas keliling kota.

Selain menjaga barang berharga dari pencopetan, tips lain dari saya untuk wisatawan Indonesia yang ingin berkunjung ke Thailand ialah menghormati adat istiadat penduduk di sini, baik soal Kerajaan, Buddha, hingga komunitas LGBT-nya.

Rasanya tak perlu nyinyir secara langsung mengomentari polemik politik di sini. Atau memberi pandangan sinis terhadap sosok atau pasangan LGBT.

Sebelum Thailand menutup gerbang pariwisatanya akibat Covid-19, saya masih sering melihat turis asal Indonesia yang melakukan dua hal tersebut. Rasanya malu, karena saya tidak ingin Indonesia dicap sebagai negara yang tak menghargai perbedaan.

Yang paling parah ialah saat saya melihat empat orang turis Indonesia enggan berdiri ketika bioskop Thailand memutar lagu kebangsaan. Padahal itu sudah menjadi tradisi penghormatan negara.

Saya harap saat gerbang pariwisata Thailand sudah dibuka lagi, ada lebih banyak wisatawan Indonesia yang datang ke Thailand dengan sikap yang lebih baik.

Mencari kerja di Thailand

Ada banyak kesempatan bekerja di Thailand, asal kita mau berusaha mencarinya. Saya sering ditanya soal cara mencari kerja sampai diterima, tapi yang saya bisa sarankan ialah terus kirim lamaran dan perbaiki kemampuan.

Sebelum diterima bekerja di tempat sekarang, jujur saja saya telah mengirim lamaran ke 70 sekolah. Sepuluh sekolah merespons lamaran saya. Tapi hanya empat sekolah yang memanggil saya untuk wawancara.

Jangan langsung putus asa jika tidak diterima. Sebaiknya kita harus merefleksi diri, mungkin ada yang salah saat wawancara. Perbaiki masalah dan jadilah pribadi yang lebih baik.

Dan jangan lupa, jangan sampai terbuai dengan tawaran kerja bergaji besar namun berkedok penipuan. Saya sarankan jangan percaya dengan perusahaan atau agen yang meminta uang untuk mendapatkan pekerjaan.

[Gambas:Instagram]

-

Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Tulisan yang dikirim minimal 1.000 kata dan dilengkapi minimal tiga foto berkualitas baik yang berhubungan dengan cerita. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, silakan hubungi [email protected]

Di tengah pandemi virus Corona, perjalanan wisata masih dikategorikan sebagai perjalanan bukan darurat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, terutama di daerah yang masih minim fasilitas kesehatannya.

Jika hendak melakukan perjalanan antarkota atau antarnegara, jangan lupa menaati protokol kesehatan pencegahan virus Corona, dengan mengenakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak fisik antarpengunjung. Jangan datang saat sakit dan pulang dalam keadaan sakit.

(ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER