Mengenal Bamlanivimab yang Sempat Menjanjikan Lawan Covid-19
Pemerintah AS mengumumkan penghentian sementara distribusi antibodi monoklonal bamlanivimab dan etesevimab pada Jumat (25/6) lalu. Semula antibodi monoklonal ini diizinkan untuk pasien rawat jalan Covid-19 berisiko tinggi. Namun rupanya tidak memberikan kinerja baik terhadap ragam varian Covid-19.
Sebagaimana dilansir MedPage Today, terapi ini sebelumnya diizinkan FDA di bawah otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk pasien Covid-19 berisiko tinggi mengalami keparahan. Namun pada April 2021, FDA mencabut EUA untuk bamlanivimab. Data in vitro menunjukkan terapi tidak aktif melawan varian Gamma atau Beta.
Terapi ini memiliki prinsip yang sama dengan penggunaan plasma konvalesen. Mungkin Anda kerap menemukan keluarga atau kerabat pasien yang mencari donor plasma konvalesen dengan syarat pendonor pernah positif Covid dan sudah sembuh.
Daniel R. Kuritzkes dari Division of Infectious Disease di Brigham and Women's Hospital, Boston, menjelaskan penggunaan plasma konvalesen sangat terbatas. Diperlukan pendonor yang memiliki antibodi dalam jumlah cukup dan mampu melawan patogen.
Sementara kemajuan teknologi memungkinkan antibodi monoklonal (monoclonal antibodies) untuk menetralisir virus spesifik. Ini dihasilkan dari imunoglobulin sel B individu yang diklon dan diekspresikan untuk menghasilkan antibodi monoklonal kadar tinggi.
"Pendekatan ini telah mengarah pada identifikasi banyak mAb (monoclonal antibody) dengan aktivitas penetralan terhadap protein lonjakan SARS-CoV-2. Empat dari mAb yakni bamlanivimab dan etesevimab, dan casirivimab dan imdevimab telah menerima izin penggunaan darurat (EUA) dari FDA untuk pengobatan Covid tahap awal," tulis Kuritzkes dalam artikel yang diterbitkan di JAMA Network.
Terbukti memberikan manfaat
Studi praklinis menunjukkan, pemberian Bamlanivimab secara intravena mengurangi replikasi virus di saluran pernapasan atas dan bawah. Studi juga memberikan bukti awal aktivitas antivirus pada bamlanivimab saja maupun dikombinasikan dengan etesevimab.
Kuritzkes menambahkan bukti lain dari studi yang dilakukan Cohen, dkk.. Hasilnya, bamlanivimab terbukti mengurangi kejadian Covid-19 ringan atau lebih buruk dibandingkan dengan plasebo.
Studi melibatkan penghuni dan staf ahli keperawatan di AS. Total ada 96 peserta negatif Covid-19 dan 132 peserta positif. Peneliti mengevaluasi keamanan dan keampuhan bamlanivimab dosis tunggal 4.200 miligram intravena dengan metode uji coba acak, double-blind, dan uji coba terkontrol. Di hari terakhir riset, ada penurunan signifikan dari insiden Covid-19 dengan tingkat keparahan sedang atau lebih buruk.
"Laporan Cohen memberikan bukti konsep yang meyakinkan bahwa antibodi monoklonal yang diarahkan terhadap protein lonjakan SARS-CoV-2 dapat memiliki manfaat penting secara klinis ketika digunakan sebagai profilaksis pascapaparan," lanjutnya.
Hanya saja, riset Cohen, dkk. juga memiliki kelemahan. Uji coba baru selesai pada Januari 2021 sementara varian baru membawa mutasi protein yang mengurangi kerentanan terhadap bamlanivimab atau dengan kata lain, bamlanivimab kurang mampu menghadapi varian baru. Tidak heran FDA mencabut EUA bamlanivimab belum lama ini.
Akan tetapi FDA menyebut terapi antibodi monoklonal tetap tersedia di bawah EUA termasuk Regen-Cov yakni casirivimab dan imdevimab yang diberikan bersamaan, juga bamlanivimab dan etesevimab diberikan bersamaan.
"Sementara penilaian risiko-manfaat untuk menggunakan bamlanivimab saja tidak lagi menguntungkan karena meningkatnya frekuensi varian resisten, terapi antibodi monoklonal lain yang diizinkan untuk penggunaan darurat tetap menjadi pilihan pengobatan yang tepat bila digunakan sesuai dengan pelabelan resmi dan dapat membantu menjaga pasien Covid risiko tinggi keluar rumah sakit," kata Patrizia Cavazzoni, direktur Center for Drug Evaluation and Research FDA melalui pernyataan resmi
(els/agn)