Kebutuhan harian vitamin D pun sebetulnya cukup kecil, hanya 400-800 International unit atau IU sehari.
Sama seperti vitamin C, vitamin D juga bisa diberikan untuk membantu pengobatan pasien Covid-19. Konsumsi vitamin D pada orang sakit bisa mencapai 1.000-4.000 IU sehari, tergantung derajat keparahan pasien.
Konsumsi vitamin D lebih dari 4.000 IU dikhawatirkan menimbulkan efek samping, berupa mual, muntah, pusing, lemas, hingga gangguan fungsi liver. Maka dari itu, pemberian vitamin D dengan dosis tinggi harus sesuai dengan saran dokter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terlalu banyak vitamin D pada darah bisa mengintervensi metabolisme kalsium, akhirnya membuat kadar kalsium di darah tinggi, menyebabkan mual, muntah, pusing, lemas, gagal ginjal, dan meningkatnya fungsi liver," papar Ariska.
Vitamin D juga harus diberikan setelah makan untuk meningkatkan mekanisme kerjanya. Sebab, vitamin D merupakan vitamin larut lemak sehingga dibutuhkan lemak untuk mentransfer vitamin ke seluruh organ tubuh.
Sama seperti vitamin lainnya, vitamin B bisa didapat dari konsumsi makanan bergizi.
Kebutuhan harian vitamin B sejatinya hanya 0.024 miligram per hari. Konsumsi vitamin B berlebihan dapat mengakibatkan efek samping berupa sakit kepala, pusing, mual, muntah, diare, detak jantung tidak beraturan, rendahnya kadar kalium, hingga gagal jantung kongestif.
Konsumsi vitamin memang tak selalu dibutuhkan. Hanya dengan makan makanan bergizi, perbanyak sayuran, buah, dan protein sudah bisa mencukupi kebutuhan vitamin harian.
Pada orang yang sakit, konsumsi vitamin sebaiknya di bawah anjuran dokter agar tak terjadi efek samping atau interaksi obat.
"Seluruh vitamin ini sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan saran dokter, gak bisa dikonsumsi sembarangan," ucap Ariska.
(mel/agn)