Jakarta, CNN Indonesia --
Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan penis untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi ketika melakukan hubungan seksual. Meski umum ditemukan, namun DE tetap memerlukan penanganan medis untuk mengobatinya.
Di Indonesia, masalah sulit ereksi ini cenderung ditutupi karena stigmatisasi masyarakat. Orang dengan DE terkadang lebih memilih pengobatan alternatif seperti urut atau obat kuat, alih-alih memeriksakan diri ke dokter.
Padahal, DE bisa jadi salah satu tanda bahwa Anda terserang penyakit serius. Dokter spesialis urologi konsultan di RSCM, Nur Rasyid mengatakan, semakin cepat orang dengan DE memeriksakan diri ke dokter, maka semakin cepat pula kesembuhan dan pengobatannya.
"Jangan berpikir bahwa disfungsi ereksi enggak apa-apa. Ini alarm bahwa tubuh sedang enggak beres. Makanya harus diperiksa ke dokter, lebih cepat lebih baik," kata Rasyid kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/7).
Apa Penyebab Disfungsi Ereksi?
Mr.P yang sulit tegang seringkali mengganggu hubungan intim dengan pasangan. Sebenarnya apa penyebab disfungsi ereksi ini?
Rasyid menjelaskan, ada dua penyebab disfungsi ereksi. Pertama, DE terjadi karena faktor organik dalam tubuh. Kedua, DE juga bisa terjadi karena masalah psikologis kejiwaan.
Proses ereksi normal terjadi ketika seorang laki-laki mendapat rangsangan seksual atau rangsangan yang ia suka. Ketika rangsangan tersebut sesuai, maka tubuh akan mengeluarkan zat nitric oxide yang akan membentuk fosfodiesterase pada jantung. Enzim ini akan membuat pembuluh darah melebar, membiarkan lebih banyak darah mengalir, dan berdiam diri di korpus kavernosum di penis.
Darah kemudian 'terjebak' di sana dan akan membuat penis relaksasi (ereksi). Penis kemudian mengeras, siap untuk penetrasi.
Pada faktor organik, penis yang enggan tegang setelah mendapat rangsangan seksual dimungkinkan terjadi karena ada masalah pada pembuluh darah, penyakit bawaan, atau masalah dengan paru-paru.
Selain karena faktor organik di atas, DE juga bisa terjadi karena faktor psikis seperti stres, tertekan, bahkan tidak percaya diri ketika akan berhubungan seksual.
Rasyid menjelaskan, faktor psikis bisa meningkatkan hormon adrenalin. Keberadaan hormon ini akan mengganggu aliran darah ke penis. Ketika adrenalin meningkat, darah lebih banyak mengalir ke jantung, alih-alih ke penis sehingga membuatnya susah ereksi.
Simak penjelasan mengenai disfungsi ereksi di halaman berikutnya...
Apa Saja Gejala Disfungsi Ereksi?
Gejala DE biasanya mudah untuk disadari, namun cenderung diabaikan. Padahal, semakin cepat orang dengan DE mendapat pengobatan medis, maka semakin cepat juga proses penyembuhan.
"Karena DE gejalanya tidak langsung 'penis susah masuk'. Gejalanya mungkin terjadi saat 1-2 kali berhubungan, tapi lama-lama, kok, jadi susah [berdiri]. Nah, baru dia sadar kena DE," kata Rasyid.
Gejala awal DE biasanya ditandai dengan penis yang membutuhkan waktu lebih lama untuk tegang daripada biasanya. Meski waktu untuk mencapai ereksi setiap orang berbeda-beda, kesulitan tegang ini biasanya lebih dirasakan oleh diri sendiri.
Jika seseorang biasanya bisa tegang setelah satu menit mendapat rangsangan, tapi kini butuh waktu lebih lama untuk ereksi, maka kemungkinan dia mengalami DE. Tidak bisa mempertahankan ereksi sebelum ejakulasi juga jadi pertanda DE.
"Kalau sudah sampai dia enggak bisa tegang, enggak bisa penetrasi, sudah pasti itu DE," kata Rasyid.
Perlu ditegaskan bahwa DE berbeda dengan ejakulasi dini. Seseorang yang ejakulasi dini bisa ereksi penis, namun tidak bisa menunggu untuk segera ejakulasi. Sementara DE terjadi ketika penis tidak bisa ereksi.
"DE itu tegang, tapi enggak bisa penetrasi, atau enggak bisa tegang sama sekali. Ejakulasi [dini], tidak tegang, masuk penetrasi atau tidak dia sudah ejakulasi," kata Rasyid.
Apa Saja Faktor Risiko Disfungsi Ereksi?
Rasyid mengatakan, DE biasanya bukan hanya satu penyakit. Ada penyakit penyerta lainnya yang menyebabkan DE pada seseorang.
Orang dengan hipertensi, kolesterol tinggi, obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) lebih berisiko terkena DE.
Selain itu, mengutip Healthline, penggunaan obat-obatan, gaya hidup tidak sehat, dan masalah psikis seperti kurang percaya diri juga bisa menyebabkan DE.
WebMD juga mencatat, DE lebih banyak ditemukan ketika seseorang beranjak tua. Hanya sekitar 5 persen orang di usia 40 tahun mengalami DE, namun pada usia di atas 70 persen meningkat menjadi 15 persen. Meski demikian, usia tidak menjadi faktor penentu DE pada seseorang.
Bagaimana Cara Mencegah Disfungsi Ereksi?
Banyak laki-laki yang takut dengan masalah disfungsi ereksi. Selain karena mengganggu hubungan intim dengan pasangan, disfungsi ereksi bisa jadi pertanda serius sebuah penyakit.
Rasyid mengatakan, cara mencegah DE adalah dengan menghindari faktor risikonya. Menjalankan pola hidup sehat, makan makanan bergizi seimbang, berolahraga teratur, dan mengelola stres bisa mencegah Anda terkena DE.
"Karena DE itu bisa disebabkan faktor organik tadi, maka mencegahnya, ya, jauhi faktor risiko. Ubah gaya hidup jadi lebih sehat, yang tadinya mager olahraga jadi olahraga, yang tadinya gemuk kurangi berat badan, ada diabetes hipertensi dikontrol," ucap Rasyid.
Selain itu, mengelola tingkat stres dan terbuka pada pasangan juga bisa membantu Anda terhindar dari DE.
Simak penjelasan mengenai disfungsi ereksi di halaman berikutnya...
Pengobatan paling utama adalah dengan mengubah gaya hidup seseorang yang menderita DE. Karena DE biasanya disertai penyakit penyerta, maka penyakit penyerta itu yang diobati terlebih dahulu.
"Makanya pengobatan DE itu kadang multidisiplin, kalau ada masalah dengan diabetes maka butuh perawatan dengan dokter spesialis penyakit dalam, ada masalah sama paru, jantung, maka dirawat juga dengan dokter spesialis paru-jantung," jelas Rasyid.
Jika DE lebih disebabkan karena faktor psikis, penanganan dengan psikiatri mungkin diperlukan.
"Ketika faktor risiko sudah diobati, tapi kondisi DE belum membaik, baru kami beri obat-obatan," kata Rasyid.
Selain itu, pasien disfungsi ereksi bisa memilih terapi dengan Low Intensity Shockware Therapy (LSWT). Terapi ini memberikan gelombang elektromagnetik singkat dengan alat kejut pada penis.
Rasyid mengatakan, terapi tersebut terbukti bisa membantu mengembalikan ereksi penis pada pasien dengan DE ringan atau karena faktor psikis.
Terkadang pengobatan tradisional dengan cara urut juga bisa berhasil pada pasien DE karena faktor psikis. Namun, pengobatan tradisional cenderung luput mempertimbangkan faktor organik yang mungkin terjadi pada pasien DE.
Sehingga sebaiknya pengobatan DE dilakukan dengan berkonsultasi pada dokter untuk mengetahui penyebabnya. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuh untuk mengetahui apakah masalah ereksi disebabkan karena gangguan di dalam tubuh atau karena masalah psikis.
Lama waktu pengobatan akan bergantung pada kondisi fisik dan derajat keparahan penyakit penyerta.