Alasan WHO, CDC, FDA Belum Setuju Ivermectin Jadi Obat Covid

CNN Indonesia
Kamis, 15 Jul 2021 12:00 WIB
BPOM resmi mengizinkan penggunaan Ivermectin sebagai obat Covid-19. Namun obat ini belum disetujui penggunaannya oleh WHO, CDC, dan FDA.
BPOM resmi mengizinkan penggunaan Ivermectin sebagai obat Covid-19. Namun obat ini belum disetujui penggunaannya oleh WHO, CDC, dan FDA.(AFP/Luis Robayo)

FDA sendiri mencantumkan ivermectin sebagai obat antiparasit beberapa penyakit tropis yang terabaikan, termasuk onchocerciasis, helminthiase, dan scabies.Selain itu juga sedang dievaluasi potensinya untuk mengurangi tingkat penularan malaria dengan membunuh nyamuk yang memakan manusia dan ternak yang dirawat.

Hanya saja, Ivermectin tidak disetujui oleh FDA untuk pengobatan infeksi virus apapun.

Mengutip laman NIH, Laporan dari studi in vitro menunjukkan bahwa ivermectin bertindak dengan menghambat protein transpor nuklir alfa / beta-1 yang diimpor oleh inang, yang merupakan bagian dari proses transpor intraseluler utama yang dibajak virus untuk meningkatkan infeksi dengan menekan respons antivirus inang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun tidak ada uji klinis yang melaporkan manfaat klinis ivermectin pada pasien dengan virus ini.

Melalui penelitian tersebut, tidak ada data yang cukup untuk Panel Pedoman Perawatan Covid-19 untuk merekomendasikan untuk atau menentang penggunaan ivermectin untuk pengobatan COVID-19.

Hasil dari beberapa uji coba acak dan studi kohort retrospektif penggunaan ivermectin pada pasien dengan Covid-19 telah diterbitkan dalam jurnal peer-review dan beberapa studi klinis menunjukkan tidak ada manfaat atau perburukan penyakit setelah penggunaan ivermectin.

Sedangkan yang lain melaporkan waktu yang lebih singkat untuk menuntaskan manifestasi penyakit terkait dengan Covid-19, dan ada juga yang membuktikan bahwa obat ini membantu membersihkan virus, dan menekan kematian.

Namun hasil penelitian tersebut masih tak merekomendasikan ivermectin sebagai obat covid-19.

Ada beberapa alasan antara lain: sebagian besar studi ini memiliki informasi yang tidak lengkap dan keterbatasan metodologis yang signifikan, yang membuatnya sulit untuk mengecualikan penyebab umum bias. Keterbatasan ini meliputi:

- Ukuran sampel sebagian besar percobaan kecil.

- Berbagai dosis dan jadwal ivermectin digunakan.

- Beberapa uji coba terkontrol secara acak adalah studi label terbuka, di mana baik peserta maupun peneliti tidak mengetahui kelompok pengobatan.

- Pasien menerima berbagai obat bersamaan (misalnya, doksisiklin, hidroksiklorokuin, azitromisin, seng, kortikosteroid) selain ivermectin atau obat pembanding. Ini mengacaukan penilaian kemanjuran atau keamanan ivermectin.

- Tingkat keparahan COVID-19 pada peserta penelitian tidak selalu dijelaskan dengan baik.

"FDA belum menyetujui ivermectin untuk digunakan dalam mengobati atau mencegah Covid-19 pada manusia. Tablet ivermectin disetujui pada dosis yang sangat spesifik untuk beberapa cacing parasit, dan ada formulasi topikal (pada kulit) untuk kutu kepala dan kondisi kulit seperti rosacea. Ivermectin bukan anti virus (obat untuk mengobati virus)," tulis FDA dalam laman resminya.

"Memakai obat ini dengan dosis besar akan berbahaya dan dapat menyebabkan bahaya serius."

Respons dokter soal Ivermectin

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER