Jakarta, CNN Indonesia --
Selama pandemi, rasa stres seolah wajar terjadi pada orang dewasa. Satu hal yang luput dari perhatian, apakah anak juga bisa merasa tertekan karena Covid-19?
Stres akibat pandemi Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa. Anak-anak mulai usia 4 tahun yang sudah tahu bagaimana serunya bermain di luar bersama teman juga bisa mengalami stres karena pandemi Covid-19.
Bagaimana tidak stres kalau segala aktivitas sosial yang menyenangkan harus dibatasi kan?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Psikolog anak dan keluarga Rachel Chalista mengatakan, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada saat pandemi Covid-19, anak yang tidak diizinkan keluar rumah akan bertanya-tanya mengapa dia tidak bisa keluar rumah, serta banyak pertanyaan lain yang timbul.
Pertanyaan tersebut akan semakin banyak jika anak sudah pernah merasakan bagaimana hidup sebelum pandemi Covid-19. Anak-anak di usia TK atau SD misalnya, yang pernah merasakan belajar tatap muka, bermain bersama teman, atau jalan-jalan ke mall, akan memiliki tanda tanya besar mengapa semua hal itu tak bisa lagi dia lakukan.
"Ada why besar di kepala anak, kok enggak bisa main sama teman? Kok enggak bisa ke mall? Kok enggak bisa makan kue di luar? Bahkan sampai kok mama atau papa diam di rumah? Apa mama atau papa enggan kerja? Nah pertanyaan-pertanyaan itu bisa jadi belum terjawab hingga saat ini," jelas Rachel dalam Instagram Live bersama Siloam Hospital, Senin (26/7).
Padahal anak membutuhkan kejelasan dan jawaban atas pertanyaan mereka. Sementara orang tua belum tentu bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan anak. Pertanyaan yang tidak terjawab akan membuat anak kebingungan dan rentan tertekan hingga akhirnya stres.
"Ketika mereka enggak dapat penjelasan itu, ada why besar di otak anak, mereka jadi kebingungan," ucap Rachel.
Rachel juga mengatakan, anak sebenarnya sudah ikut sama-sama menderita sejak awal masa pandemi Covid-19. Apalagi jika orang tua gagal menjelaskan apa itu pandemi, Covid-19, virus, dan bahayanya pada anak.
Mereka yang tidak diberikan penjelasan soal pandemi Covid-19 pada masa awal akan merasa kebingungan lebih lama. Tidak heran jika ada perubahan perilaku pada anak, seperti jadi lebih mudah marah, agresif, dan tidak mau disiplin waktu.
Perubahan suasana hati dan sikap yang lebih agresif disebabkan karena anak sudah bersabar dalam waktu lama, namun masih tak kunjung mendapat jawaban dari pertanyaan mereka. Dilanda kebingungan dan tekanan tak bisa melakukan apa yang mereka inginkan, membuat anak jadi lebih mudah emosi.
"Orang tua harus mengapresiasi anak-anak mereka karena masih bisa bertahan sampai hari ini. Anak-anak juga ikut dalam survival mode di saat pandemi Covid-19," ucap Rachel.
- Peran orang tua sebagai observer
Rachel mengatakan, bukan tidak mungkin anak merasa stres saat pandemi Covid-19. Jika anak belum bisa berkomunikasi dengan baik, maka peran orang tua sebagai observer sangat dibutuhkan.
Orang tua harus melihat perkembangan mental dan fisik anak tanpa memberikan judgement atau labelling. Komunikasi orang tua dengan anak juga harus mulai ditumbuhkan kembali di masa pandemi Covid-19.
"Orang tua bisa mulai dari memberikan penjelasan pada anak, karena sekarang banyak informasi yang sudah terbuka soal Covid-19, kemudian lihat keadaan anak, apa dia sanggup untuk melakukan aktivitas daring? Bicarakan apa saja kesulitannya dan ajak anak bernegosiasi," tutur Rachel.