Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah observatorium surya berusia 2.300 tahun di Peru, berupa struktur 13 menara batu yang dibangun di atas bukit yang berfungsi sebagai kalender kuno, dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada hari Selasa (27/7).
Observatorium Chankillo, dibangun oleh peradaban kuno sekitar dua milenium sebelum pembangunan kultus Matahari terkenal lainnya - selama kerajaan Inca - memungkinkan pengamatan astronomi yang sangat akurat, menurut penelitian terbaru.
Reruntuhan berdinding di puncak bukit sekitar 400 kilometer utara kota Lima telah lama membuat para ilmuwan bertanya-tanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian pada tahun 2007, sebuah studi di jurnal Science mengungkapkan ide, bahwa urutan menara yang didirikan antara 200 dan 300 Sebelum Masehi itu kemungkinan besar digunakan untuk "menandai titik balik matahari musim panas dan musim dingin", dan bahwa Chankillo "sebagian merupakan observatorium matahari."
Arkeolog Peru, Ivan Ghezzi, yang ikut menulis penelitian itu dengan rekannya asal Inggrism Clive Ruggles, mengatakan kepada AFP bahwa menara, yang didirikan "dengan sangat presisi", ditempatkan untuk menandai posisi Matahari yang berbeda "dan karenanya menandai tanggal yang tepat."
Tujuan situs itu adalah untuk mengatur pencatatan waktu dengan akurasi yang menakjubkan antara bulan, titik balik matahari dan ekuinoks, yang kemudian membantu penetapan musim tanam dan panen dan hari libur keagamaan.
Struktur ini berfungsi seperti jam raksasa, menandai berlalunya waktu selama rentang satu tahun.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
[Gambas:Video CNN]
"Chankillo adalah mahakarya orang Peru kuno. Sebuah mahakarya arsitektur, mahakarya teknologi dan astronomi. Ini adalah tempat lahir astronomi di Amerika," kata Ghezzi kepada AFP dalam kunjungan ke situs tersebut.
Situs ini juga kemungkinan menjadi tempat pemujaan kultus Matahari.
Area di timur dan barat menara batu tersebut menampilkan sisa-sisa benda yang digunakan untuk pengorbanan dalam ritual.
Observatorium dan perlengkapan upacaranya dilindungi oleh dinding benteng yang terbuat dari batu, lumpur dan batang pohon.
Kompleks ini mencakup sekitar 5.000 hektare, tetapi hanya sekitar satu persen yang telah dipelajari, kata Ghezzi.
Tahun lalu, epidemi virus Corona melumpuhkan penggalian arkeologi di Peru, seperti di tempat lain, dan meninggalkan banyak situs yang berisi benda-benda pra-Columbus yang tak ternilai dicuri penjarah yang lalu menjualnya ke pasar gelap.
Chankillo termasuk di antara situs yang diserang; bukan oleh pencuri tetapi oleh petani terdekat yang telah lama ingin memperluas tanah mereka dan yang memanfaatkan kurangnya kontrol pemerintah untuk menanam tanaman di dalam perbatasan situs.
Peru memiliki 12 situs lain dalam daftar Warisan Dunia UNESCO, termasuk benteng Inca di Machu Picchu.
Chankillo ditambahkan ke daftar pada sesi ke-44 Komite Warisan Dunia, yang diadakan secara online dari kota Fuzhou di China.
Sidang komite UNESCO pada tahun ini juga telah menambahkan empat situs warisan dunia lainnya dari Amerika Latin, termasuk taman tropis "karya seni hidup" yang dikembangkan oleh arsitek lanskap Roberto Burle Marx di Brasil, kompleks gereja modern oleh insinyur Eladio Dieste di Uruguay, mumi Chinchorro dari Chile dan katedral Tlaxcala di Meksiko.
[Gambas:Infografis CNN]
[Gambas:Photo CNN]