"Chankillo adalah mahakarya orang Peru kuno. Sebuah mahakarya arsitektur, mahakarya teknologi dan astronomi. Ini adalah tempat lahir astronomi di Amerika," kata Ghezzi kepada AFP dalam kunjungan ke situs tersebut.
Situs ini juga kemungkinan menjadi tempat pemujaan kultus Matahari.
Area di timur dan barat menara batu tersebut menampilkan sisa-sisa benda yang digunakan untuk pengorbanan dalam ritual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Observatorium dan perlengkapan upacaranya dilindungi oleh dinding benteng yang terbuat dari batu, lumpur dan batang pohon.
Kompleks ini mencakup sekitar 5.000 hektare, tetapi hanya sekitar satu persen yang telah dipelajari, kata Ghezzi.
Tahun lalu, epidemi virus Corona melumpuhkan penggalian arkeologi di Peru, seperti di tempat lain, dan meninggalkan banyak situs yang berisi benda-benda pra-Columbus yang tak ternilai dicuri penjarah yang lalu menjualnya ke pasar gelap.
Chankillo termasuk di antara situs yang diserang; bukan oleh pencuri tetapi oleh petani terdekat yang telah lama ingin memperluas tanah mereka dan yang memanfaatkan kurangnya kontrol pemerintah untuk menanam tanaman di dalam perbatasan situs.
Peru memiliki 12 situs lain dalam daftar Warisan Dunia UNESCO, termasuk benteng Inca di Machu Picchu.
Chankillo ditambahkan ke daftar pada sesi ke-44 Komite Warisan Dunia, yang diadakan secara online dari kota Fuzhou di China.
Sidang komite UNESCO pada tahun ini juga telah menambahkan empat situs warisan dunia lainnya dari Amerika Latin, termasuk taman tropis "karya seni hidup" yang dikembangkan oleh arsitek lanskap Roberto Burle Marx di Brasil, kompleks gereja modern oleh insinyur Eladio Dieste di Uruguay, mumi Chinchorro dari Chile dan katedral Tlaxcala di Meksiko.