Bertamu ke Takpala, Kampung Sarat Budaya di Pulau Alor

CNN Indonesia
Rabu, 04 Agu 2021 09:50 WIB
Rumah adat di kampung Takpala menyimpan Moko, mahar yang sangat berharga untuk meminang calon mempelai wanita dalam pernikahan.
Kampung Adat Takpala di Pulau Alor, salah satu objek wisata seni budaya di Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/HO-Kepala Cabang DKP NTT)

Rumah adat Takpala

Untuk menjangkau kampung ini tidaklah sulit.

Kampung Adat Takpala terletak di dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Jika ditempuh melalui Bandar Udara Mali, hanya butuh waktu sekisar 15 menit perjalanan, dan 25 menit jika ditempuh dari Kalabahi, pusat kota Kabupaten Alor dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rute perjalanan menuju Kampung Takpala yaitu menyusuri jalur pesisir pantai dengan menawarkan pemandangan hamparan laut biru yang menawan dan mengagumkan.

Warga Kampung Takpala mendiami 13 rumah adat Fala Foka, sebutan rumah adat panggung berbentuk limas, beratapkan alang-alang, berdinding dan berlantaikan anyaman bambu yang ditopang oleh empat buah kayu merah yang kokoh.

Rumah adat ini terbilang unik, karena terdapat empat tingkatan di dalam tiap rumah adat ini. Tingkat pertama, atau yang biasa disebut Liktaha, adalah tempat untuk menerima tamu atau berkumpul bersama.

Tingkat dua, biasa disebut Fala Homi, yakni ruang tidur dan ruang untuk masak.

Tingkat tiga adalah Akui Foka yakni tempat untuk menyimpan cadangan bahan makanan, seperti jagung dan ubi kayu.

Sementara tingkatan paling atas disebut Akui Kiding, yakni tempat untuk menyimpan mahar dan barang berharga seperti Moko.

Moko merupakan barang berharga di Pulau Alor, terbuat dari tembikar dan biasanya digunakan sebagai belis atau mahar perkawinan.

Satu buah Moko bernilai sangat fantastis, sehingga sering dikatakan satu buah Moko mampu meminang tiga orang anak gadis.

Di antara 13 rumah Fala Foka, terdapat dua rumah adat yang memiliki ukuran sedikit lebih kecil.

Meski memiliki ukuran lebih kecil, dua rumah adat yang biasa disebut Lopo ini memiliki tingkat kesucian lebih tinggi dibandingkan rumah Fala Foka.

Dari segi bentuk, rumah Lopo memiliki dinding yang terbuat dari anyaman bambu dengan ditopang oleh enam buah kayu merah.

Pada atap rumah terdapat sebuah mahkota yang menandai kesakralan dua bangunan ini. Rumah Lopo memiliki dua jenis, yakni Kolwat dan Kanuruat.

Perlakuan terhadap dua rumah adat ini juga pun berbeda.

Kolwat yang memiliki arti perempuan, memiliki ciri dinding didominasi oleh warna putih dan bisa dimasuki oleh semua warga kampung.

Sementara Kanuruat yang memiliki arti laki-laki, berdinding corak kehitaman dan hanya bisa dimasuki oleh orang tertentu saja seperti tetua adat.

Setiap satu tahun sekali, pintu rumah Kanuruat akan dibuka untuk kepentingan ritual adat dan hanya bisa dibuka oleh tetua adat melalui proses ritual adat pula.

Di depan rumah adat Kolwat dan Kanuruat, terdapat sebuah susunan batu yang dibuat melingkar yang biasa digunakan untuk menyimpan benda-benda sakral seperti Moko, Gong atau peralatan berburu saat melakukan ritual adat.

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...





Bertamu ke Takpala, Kampung Sarat Budaya di Pulau Alor

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER