Dokter: Insulin Masih Lebih Unggul untuk Obati Diabetes
Diabetes jadi salah satu komorbid yang membuat gejala Covid-19 semakin berat. Pasien diabetes wajib menjaga kadar gula darah tetap terkontrol lewat tata laksana diabetes yang tepat termasuk pemberian obat baik itu tablet maupun suntik.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan endokrin metabolik diabetes, Wismandari Wisnu, meski kini obat-obatan diabetes sudah hadir dalam bentuk tablet, insulin masih memegang peranan krusial.
Pada kondisi tertentu, bahkan insulin lebih pas digunakan pasien diabetes daripada obat tablet.
"Kalau dengan tablet, [kadar gula darahnya] enggak bisa oke, pakai insulin. Tapi memang enggak selalu gitu. Kondisi khusus, pasien hamil, sakit berat atau mau operasi, pakai insulin. Dan penggunaan insulin lebih awal bisa mencegah komplikasi diabetes," ujar Wismandari dalam webinar bersama 17th Jakarta Endocrine Meeting (JEM) 2021, Kamis (12/8).
Menurut pemaparan Wismandari, insulin sendiri sudah digunakan sejak 100 tahun lalu. Baru setelah ada ragam riset dan inovasi, muncul obat diabetes dalam bentuk tablet. Dia pun mengamati mayoritas pasien lebih memilih tablet daripada suntikan insulin.
Dia mengungkapkan insulin masih jadi momok buat pasien diabetes dengan berbagai alasan. Di antaranya sebagai berikut:
- Diberikan dengan suntikan, pasien malas melakukan suntikan dan harus membawa alat suntikan ke mana pun. Prosedur ini dirasa merepotkan.
- Kesulitan menyuntik secara mandiri, keluhan ini biasanya disampaikan oleh pasien usia lanjut. Mereka mengaku sulit jika harus menyuntik sendiri terlebih jika sudah mengalami masalah penglihatan.
- Anggapan sudah di ambang kematian, pasien ada yang menganggap jika diberi terapi insulin berarti penyakitnya sudah parah bahkan sudah menjelang ajal.
- Biaya, terapi insulin biayanya terbilang lebih besar daripada tablet. Namun kini, sudah ada BPJS yang menutup biaya insulin.
Pun dengan berbagai inovasi, Wismandari menyebutkan terapi insulin kekinian tidak seperti dulu yang terkesan menyeramkan. Terapi insulin klasik meliputi inisiasi insulin basal (kerja lambat) dan intensifikasi insulin bolus (kerja cepat).
Akan tetapi keduanya menemui hambatan seperti risiko hipoglikemia (kadar gula darah rendah), peningkatan berat badan dan jumlah suntikan lebih dari sekali dalam satu kali terapi.
Namun, kini ada beberapa jenis insulin baru sehingga penggunaan lebih mudah dan efek samping minimal. Untuk itu, dia berharap bahwa pasien diabetes kini tak lagi takut dengan terapi insulin.
Insulin baru ini misalnya;
1. Insulin Premix, campuran insulin basal dan bolus. Insulin ini memungkinkan jumlah suntikan per hari lebih sedikit dari insulin biasa.
2. Insulin Fixed Ratio Combination, kombinasi insulin basal dengan GLP-1 RA atau golongan lain selain insulin. Insulin mampu menurunkan gula darah setelah makan dan efek samping minimal.
3. Ultra long-action insulin, hasil formulasi dua insulin analog (inovasi insulin buatan dan struktur kimianya mirip insulin manusia).
"Dulu jarum suntiknya besar, suntikan sebanyak 4 kali. Saat ini ada inovasi, suntikannya bentuknya seperti pulpen, suntiknya cukup sekali," imbuhnya.
(els/agn)