Survei: Mayoritas Netizen Burnout Gara-gara Pekerjaan
Bekerja dari rumah atau work from home (WFH) ternyata tidak menjamin kerja jadi lebih menyenangkan. Pekerja memang bakal diliputi suasana rumah yang lebih rileks, bebas polusi dan kemacetan, bahkan tak ada yang mengomeli soal pakaian.
Namun, di sisi lain, WFH dan bekerja saat pandemi Covid-19 justru memiliki tantangan dan tekanan tersendiri. Jam kerja yang kabur, batasan yang tak jelas, hingga beban kerja yang makin berat dapat jadi sumber stres yang berujung burnout.
"Dalam teorinya burnout itu keadaan lelah emosional, fisik dan mental. Orang mengalami stres berulang dan berkepanjangan. Kalau stresnya kronis, panjang, jadi burnout," kata psikolog Firman Ramdhani pada CNNIndonesia.com lewat telepon, Rabu (18/8).
Dari polling pembaca CNNIndonesia.com, sebanyak 77,3 persen orang pernah burnout. Penyebabnya pun beragam. Keharusan standby alias siap siaga 24 jam jadi penyebab terbanyak (46,7 persen), menyusul banyak limpahan pekerjaan (38,7 persen) dan meeting yang datang silih berganti seakan tak usai (14,6 persen).
Dihubungi secara terpisah, psikolog Rena Masri mengungkapkan banyak klien datang padanya dan mengalami kondisi burnout. Mereka kehilangan motivasi kerja, kurang semangat, lelah, sulit fokus bahkan merasa benci akan pekerjaannya.
"Hal-hal ini mengakibatkan performa kerja menurun, capek secara emosional mengalami emosi yang tidak stabil akhir ya tadi demotivation, sulit untuk bangkit kembali, semangat lagi, biasanya sih yang sering terlihat gitu, pada orang yang burnout. Kerja juga mungkin dikit tapi capek, capek pikiran, fisik, itu semua dipengaruhi psikologis," kata Rena melalui pesan singkat, Jumat (20/8).
Sementara itu, Firman bercerita klien yang datang padanya juga banyak yang mengalami burnout. Namun kebanyakan sudah memiliki gangguan kesehatan mental. Kondisi gangguan kesehatan mental ini memperburuk burnout. Burnout juga bisa memicu gejala gangguan kesehatan mental lainnya.
Orang yang berkonsultasi pun tidak serta merta mengeluh burnout. Firman menemukan bahwa yang dialami kebanyakan adalah burnout dari performa kerja yang menurun, susah konsentrasi, pekerjaan selesai lebih lama.
"Banyak sekali yang mengalami, pas PPKM ini, seperti Covid-19 gelombang kedua. Ini seperti saat gelombang Covid-19 di awal," katanya.
Jika Anda mengalami burnout, segera lakukan langkah-langkah untuk mengelola stres. Konsultasikan dengan ahli seperti psikolog jika burnout tak membaik. Burnout yang tak ditangani dapat memperburuk kesehatan fisik dan mental.
(els/ptj)