Jakarta, CNN Indonesia --
Burnout memang bisa dialami kapan saja dan siapa saja, termasuk di masa pandemi ini. Salah satunya tandanya bisa terlihat dari perubahan perilaku dan juga kebiasaan orang terkasih atau sahabat.
Jika ada orang terdekat yang mengalami burnout maka ada baiknya untuk memberikan dukungan juga mendampingi mereka yang sedang burnout.
Tapi bagaimana cara membantu mereka yang mengalami burnout dengan emosi yang tak stabil?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Tanya langsung
Kondisi serumah, melakukan aktivitas di tempat yang sama, membuat Anda dengan mudah mengenali jika ada hal yang tidak biasa. Psikolog Firman Ramdhani menyarankan untuk bertanya secara langsung saat mencium gelagat yang berbeda.
"Berikan sinyal, dekati, berikat pertanyaan singkat. Sampaikan perubahan perilakunya misal, 'Aku lihat belakangan ini lesu banget, ada apa?," kata Firman saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (18/8).
Pertanyaan yang spesifik ini masuk dalam konteks empatic listener. Ada kesadaran perubahan perilaku, disampaikan sehingga bisa perlahan membuat orang yang burnout ini nyaman bercerita jika memang dia ingin bercerita.
2. Jangan dipaksa
Jika orang yang ditanya enggan bercerita, tidak perlu dipaksakan. Bisa saja apa yang dia alami bukan burnout, bisa juga orang ini memiliki aktivitas yang dia rasa lebih bisa merilis stres daripada bercerita. Firman berkata Anda bisa tetap memberikan dukungan dengan menyampaikan jika memerlukan bantuan, Anda ada.
3. Jadi pendengar yang baik
Saat orang yang burnout ini bersedia berbagi, Anda musti siap. Menurut Firman, pahami kapasitas sekaligus keterbatasan diri. Cerita yang bakal didengarkan bisa dipastikan memiliki nuansa negatif sehingga jika merasa tidak sanggup, malah turut emosi sebaiknya disetop.
Berikutnya, tidak perlu memaksakan pikiran positif (toxic positivity).
"Ada emosi negatif nih dan itu bukan sesuatu yang langsung dihindari. Itu kan [normal] manusia begitu. Saat kita tahu itu, kita jangan buru-buru good vibe only. Kita dengarkan dia," katanya.
Memaksakan pikiran positif misal 'Kamu semangat dong', 'Ah pasti bisa deh', hanya akan membuat orang lain merasa ada yang salah dengan apa yang dia rasakan. Padahal perasaan apapun baik positif, negatif itu valid atau sah-sah saja. Kemudian yang tidak kalah penting adalah tidak menghamiki (judgemental) misal 'Gitu doang kok stres sih', 'Kemarin bisa-bisa aja, masa sekarang mau nyerah?'.
4. Ajak lakukan aktivitas yang menyenangkan
Orang yang sedang burnout merasakan lelah, tertekan juga turun motivasinya. Psikolog Rena Masri menyarankan untuk mengajak orang ini melakukan hal-hal yang menyenangkan, hal yang disukai dan mampu memantik semangat.
"Sebagai teman bisa mendampingin, lakukan kegiatan yang menarik, yang disukai sehingga memunculkan semangat," kata Rena melalui pesan singkat, Jumat (20/8).
5. Aktivitas fisik bersama
Aktivitas fisik atau olahraga rutin akan memicu produksi hormon-hormon yang memunculkan perasaan rileks dan nyaman. Walau pandemi, kenapa tidak olahraga virtual via Zoom atau video call? Olahraga bersama kawan tentu akan menambah motivasi.
6. Berikan apresiasi
Menurut Rena, orang yang burnout ini merasa tertekan, merasa tidak berhasil dalam pekerjaan sehingga perlu diberikan apresiasi.
"Coba berikan apresiasi, pujian, kita arahkan teman kita untuk melihat hal positif, sehingga dia merasa ada sesuatu yang baik, berguna, mampu mempengaruhi kepercayaan diri dia sehingga bisa bangkit berkarya lagi," jelasnya.
7. Ajak diskusi
Sembari memahami apa yang dirasakan orang yang burnout, ada baiknya juga selami stressor yang paling mengganggu selama bekerja. Saat orang mengenali stressor atau pemicu stresnya, maka akan lebih mudah menuju pada solusi. Anda pun bisa mengarahkan pada tenaga profesional jika dirasa apa yang dia hadapi cocok didiskusikan dengan ahlinya.