Jakarta, CNN Indonesia --
Hanya beberapa turis yang terlihat mengunjungi lukisan Mona Lisa dan berkeliaran di jalan-jalan Paris pada musim panas ini, seakan membuyarkan harapan bahwa salah satu destinasi wisata terpopuler di dunia itu akan kembali bergairah setelah disekap pandemi sepanjang tahun lalu.
'Kota Cahaya' Paris di Prancis telah dikunjungi antara 3,6 juta dan 4,7 juta pengunjung antara Juni dan Agustus, turun dari 10 juta dari periode yang sama pada tahun 2019, sebelum virus corona muncul dan menghancurkan perjalanan internasional, menurut angka badan pariwisata kota.
Hanya 2,6 juta turis mengunjungi Paris sepanjang tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan turis dari jauh tidak datang, dampaknya cukup besar," kata Didier Arino, direktur perusahaan perjalanan Protourisme, seperti yang dikutip dar AFP pada Minggu (22/8).
Prancis melonggarkan aturan perjalanannya menjelang musim panas, menempatkan negara-negara dalam sistem kode warna merah, oranye dan hijau yang menentukan apakah pengunjung perlu melakukan tes Covid-19 sebelum tiba, memiliki alasan kuat untuk berkunjung atau dikarantina.
Museum dan tempat budaya lainnya dibuka kembali setelah lama ditutup, meskipun pengunjung harus menunjukkan bukti vaksinasi atau tes negatif.
Namun jumlah pengunjung Paris masih sangat mengecewakan.
Arino mengatakan tingkat hunian di hotel-hotel di Paris lebih buruk daripada di tempat lain di Prancis, dengan pendapatan turun 60 persen.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Romain Jouhaud, direktur 4 Roues Sous 1 Parapluie, sebuah perusahaan yang menawarkan kunjungan berpemandu dengan mobil klasik Prancis di ibu kota, mengatakan dia hanya memiliki 120 pelanggan pada musim panas ini dibandingkan dengan 360 pada 2019.
Sebagian besar kliennya berasal dari Amerika Serikat dan Australia.
"Kami mencoba untuk mendapatkan lebih banyak klien Prancis tetapi masalah kami adalah harga rata-rata kami (150 euro) sedikit tinggi," katanya, mencatat bahwa orang Prancis biasanya mengeluarkan uang untuk berwisata lebih sedikit daripada turis mancanegara.
Pemandu wisata juga menderita karena tidak adanya turis, dengan aktivitas turun lebih dari 80 persen di wilayah Ile-de-France, yang mencakup Paris, menurut asosiasi pemandu FNGIC.
"Paris adalah cermin ibu kota besar Eropa," kata Arino. "Mereka semua memiliki masalah dan semakin mereka bergantung pada klien asing, semakin sulit."
Di sungai Seine, perusahaan kapal wisata Vedettes de Paris mengalami penurunan omset 50 persen dibandingkan tahun 2019. Klien Prancis biasanya membuat setengah dari jumlah penumpang; mereka menyumbang 65 persen tahun ini.
Perusahaan telah beradaptasi dengan menambahkan "pelayaran minuman beralkohol" dan memasang area untuk bermain petanque di dermaganya.
"Kami belajar untuk menemukan kembali diri kami sendiri, memberikan Seine dan Menara Eiffel kembali ke Paris," kata direktur perusahaan, Marie Bozzonie.
Menara Eiffel dibuka kembali pada pertengahan Juli setelah jeda sembilan bulan karena pandemi, tetapi hanya memiliki 13 ribu pengunjung per hari - setengah dari jumlah biasanya.
Sekitar 50 persen adalah orang Prancis dibandingkan dengan 20 persen di masa lalu.
Pemandangan serupa telah terlihat di Museum Grevin, yang menampilkan patung lilin orang-orang terkenal.
Setengah dari pengunjungnya biasanya orang asing.
Jumlahnya turun menjadi 10 persen pada tahun ini, menurut Francois Frassier, direktur di Compagnie des Alpes, yang memiliki museum dan taman hiburan.
Di tengah pandemi virus Corona, perjalanan wisata masih dikategorikan sebagai perjalanan bukan darurat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, terutama di daerah yang masih minim fasilitas kesehatannya.
Jika hendak melakukan perjalanan antarkota atau antarnegara, jangan lupa menaati protokol kesehatan pencegahan virus Corona, dengan mengenakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak fisik antarpengunjung. Jangan datang saat sakit dan pulang dalam keadaan sakit.
[Gambas:Photo CNN]