Jakarta, CNN Indonesia --
Film 'Eat, Pray, Love' yang diangkat dari novel karangan Elizabeth Gilbert dan dibintangi oleh Julia Roberts seakan menjadi promosi wisata gratis Pulau Bali.
Dalam film karya Ryan Murphy yang jalan ceritanya diangkat dari kisah nyata itu, Roberts yang berperan sebagai Gilbert memutuskan datang ke Pulau Dewata untuk healing usai cerai dan putus cinta.
Wisata healing semakin populer bersama dengan wisata wellness. Jika wellness berupa pengobatan secara jasmani, maka healing berupa "penyembuhan" secara rohani. Dan Bali tentu saja menjadi salah satu destinasi di Indonesia yang pas untuk dikunjungi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi yang ingin melakukan healing sembari berwisata, ketahuilah bahwa datang ke tempat baru mungkin tidak 100 persen menyembuhkan kegalauan.
Karena konsep "penyembuhan" itu sendiri berasal dari pikiran kita, yang harus berani berdamai dengan kekurangan dan kesalahan secara perlahan, sehingga rasa gundah bukan lagi menjadi hal yang mengganggu pikiran.
Jadi, lakukan wisata healing untuk mengenal diri sendiri dan belajar hal-hal baik dari orang baru yang ditemui.
Jangan pula menyusun rencana kegiatan wisata yang terlalu padat, sehingga tidak punya waktu untuk rileksasi.
Tak perlu sering-sering ke tempat spa mahal, karena meditasi, olahraga, atau tidur yang cukup juga menjadi salah satu unsur dari rileksasi.
Kalau punya rencana wisata healing atau wellness ke Bali usai pandemi virus corona berlalu, berikut beberapa lokasi dalam adegan 'Eat, Pray, Love' yang mungkin bisa menjadi inspirasi:
1. Vila di tengah sawah
Tempat menginap Gilbert di Bali berlokasi di Ubud. Vila-nya sendiri disewakan melalui situs pemesanan AirBnB yang bisa dicek melalui link ini.
Propertinya berada di tengah sawah, lengkap dengan arsitektur khas rumah tradisional Bali.
Catatan, demi segi artistik film, vila ini sudah "didandani" sedemikian rupa, jadi jangan terlanjur kecewa saat datang.
Namun sebenarnya, ada banyak tempat penginapan di tengah sawah yang beroperasi di Ubud. Bahkan ada beberapa hotel yang menggabungkan pemandangan sawah dan tepi sungai.
Selain soal tarif bermalam, pertimbangkan juga faktor strategis tempat penginapan.
Kalau tetap ingin kongko di luar vila atau hotel, bisa mencari tempat penginapan yang berada dekat keramaian Ubud, misalnya di kawasan Monkey Forest.
Tapi kalau ingin bermalas-malasan di tempat penginapan, pilihan properti yang menyediakan dapur atau layanan restoran dan bar 24 jam.
 Suasana di Bee House Dijiwa Ubud, Bali. (Dok. Adiwana Group) |
2. Bersepeda
Dalam film 'Eat, Pray, Love' kita melihat Gilbert sering bersepeda ke sana ke mari.
Selain jalan kaki, bersepeda juga menjadi salah satu pilihan terbaik untuk menikmati suasana Ubud - yang saat akhir pekan cenderung macet karena kendaraan bermotor pengangkut wisatawan.
Persawahan Tegallalang menjadi salah satu lokasi bersepeda dalam film ini. Tapi sebenarnya ada banyak area persawahan lain yang tak kalah indah untuk gowes.
Pastikan sepeda yang disewa mumpuni, sehingga tak ada masalah saat menggowesnya.
Meski jalanan cenderung sepi, tetap berhati-hati saat berada di melintas di jalan besar, karena terkadang ada motor dan bus pariwisata yang ikut berbagi jalan.
 Adegan saat Julia Roberts bersepeda di kawasan persawahan Ubud, Bali. (Sony Pictures Releasing) |
3. Pasar tradisional
Pasar Ubud ramai didatangi warga dan wisatawan yang ingin belanja setiap harinya. Tak hanya sembako, di sini juga dijual beragam kerajinan tangan khas Bali.
Sediakan uang tunai yang cukup untuk berbelanja. Beberapa toko memungkinkan tawar menawar, namun sebaiknya tetap bandingkan harga dan kualitas barang dari toko di sebelahnya.
Kalau tidak ingin membawa pulang tas berisi oleh-oleh yang berat, bisa juga meminta penjual untuk mengemasnya dalam paket yang dikirim ke rumah.
 Adegan film 'Eat, Pray, Love' yang berlokasi di Pasar Ubud, Bali. (Sony Pictures Releasing) |
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
[Gambas:Video CNN]
4. Pusat "penyembuhan"
Ada banyak tempat spa dan yoga dengan berbagai kegiatan yang bisa dikunjungi di Bali, khususnya di kawasan Ubud.
Namun dalam film 'Eat, Pray, Love', Gilbert mendatangi rumah Ketut Liyer dan klinik herbal Wayan Nuriasih.
Sosok Ketut Liyer telah wafat pada tahun 2016. Namun masih ada banyak juru "penyembuhan" lain yang bisa dikunjungi untuk konsultasi kesehatan, seperti Cokorda Rai, Ibu Jero, Pak Sirkus, dan Agus Sihman.
Selain ke rumah Ketut Liyer, Gilbert juga mengunjungi klinik herbal Wayan Nuriasih yang berada di Ubud.
Sebelum mendatangi tempat-tempat tersebut, jangan lupa melakukan pemesanan tempat dan bertanya soal tarifnya.
Bisa juga bertanya dulu dengan warga lokal mengenai tempat kesehatan tradisional yang direkomendasikan, karena biasanya ada banyak tempat terbaik yang hanya diketahui warga lokal.
 Sunset di Pantai Padang Padang, Uluwatu, Bali. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa |
5. Pantai
Bukan di Ubud, melainkan di Uluwatu. Lokasi Gilbert pesta pantai pertama kali saat datang ke Bali berlokasi di Pantai Padang-padang.
Sayangnya, tidak benar-benar ada bar terbuka di sini, karena bangunannya hanya dibuat untuk syuting film.
Tapi ada banyak tempat kongko lainnya di Uluwatu, kebanyakan berada di atas tebing dengan pemandangan lautan luas.
Jika ingin tetap menikmati Pantai Padang-padang atau pantai-pantai lainnya di Uluwatu, siapkan tenaga ekstra dan kenakan alas kaki yang nyaman, karena banyak pesisir yang perlu dijangkau setelah mendaki puluhan anak tangga.
 Desa Pinggan, Kintamani, Bangli, Bali. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF) |
6. Mendaki
Gunung Agung dan Gunung Catur bukan satu-satunya gunung yang bisa dijelajahi dengan pendakian atau trekking singkat di Pulau Bali.
Dalam film 'Eat, Pray, Love', Gilbert sempat mendatangi Gunung Batur untuk menikmati pemandangan matahari terbit.
Selain yang bertema gunung, kegiatan trekking di Bali juga bisa dilakukan di Taman Nasional Bali Barat, Campuhan Ridge Walk, Danau Tamblingan, Kebun Raya Bali, Botanical Gardens, Sambangan, atau Candidasa.
Ada banyak agen perjalanan yang menggelar trip trekking, sehingga wisatawan pemula bisa berjalan bersama pemandu wisata. Jarak dan durasinya juga bisa dipilih sesuai kemampuan fisik.
 Penjual Sate Babi tradisional di Canggu, Bali. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
7. Makan enak
Sampai ke Bali jangan hanya kongko di tempat makan restoran atau kafe yang menyediakan menu-menu internasional.
Ajak lidah untuk mengenal rasa dan rupa masakan khas Bali. Selain rasanya yang autentik, harganya juga tidak selalu bikin kantong bolong.
Menariknya, ada banyak tempat makan tradisional yang legendaris yang bisa dipesan melalui layanan pesan antar.
Jadi, jika ingin tetap bermalas-malasan di hotel atau vila tapi ingin mengisi perut, silakan buka aplikasi ojek online untuk mencari menu tradisional yang jadi favorit warga lokal.
Jangan lupakan juga soal buah-buahan. Saat musim panen, ada banyak "buah eksotis" yang bisa dibeli di pasar-pasar tradisional Bali.
Berbincang dengan pedagang atau warga di pasar tentu saja menjadi pengalaman wisata healing yang tak terlupakan bak 'Eat, Pray, Love'.
Di tengah pandemi virus Corona, perjalanan wisata masih dikategorikan sebagai perjalanan bukan darurat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, terutama di daerah yang masih minim fasilitas kesehatannya.
Jika hendak melakukan perjalanan antarkota atau antarnegara, jangan lupa menaati protokol kesehatan pencegahan virus Corona, dengan mengenakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak fisik antarpengunjung. Jangan datang saat sakit dan pulang dalam keadaan sakit.