Jakarta, CNN Indonesia --
"Kematian akan datang dengan cepat bagi mereka yang mengganggu kedamaian raja."
Demikian bunyi ukiran yang tertulis di makam Raja Tut di Mesir.
Tulisan dalam ukiran tersebut mengundang banyak persepsi, ada yang menganggapnya sebagai sekadar pesan terakhir dari almarhum, ada yang menganggapnya sebagai kalimat kutukan mumi firaun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama seperti di Indonesia, masih banyak penduduk Mesir yang percaya dengan takhayul. Macetnya Terusan Suez, tabrakan kereta, kebakaran di pabrik garmen, hingga runtuhnya apartemen, dikaitkan dengan kutukan firaun - sebutan bagi penguasa Mesir - setelah digelarnya acara pemindahan 22 mumi yang berlangsung pada 3 April 2021.
Puluhan mumi raja dan ratu dari Kerajaan Baru antara 1539 SM dan 1075 SM itu dipindahkan dari Museum Mesir di Tahrir Square Kairo ke Museum Nasional Peradaban Mesir di Fustatand.
Mumi-mumi ditempatkan di peti dengan pengatur suhu - bahkan ada yang ditempatkan di peti kaca tembus pandang - dalam perjalanan yang berdurasi sekitar satu jam.
Proses yang dikawal oleh militer Mesir itu juga disiarkan secara langsung di televisi nasional.
Diyakini bahwa mumi ini awalnya dikubur sekitar 3.000 tahun yang lalu di makam rahasia di Valley of Kings (Lembah Para Raja) dan situs Deir el-Bahri di dekatnya.
Kedua daerah tersebut berada di dekat kota selatan Luxor. Penggalian makam dilakukan pada abad ke-19 untuk pertama kalinya.
Setelah itu, mumi diangkut melalui Sungai Nil dan dibawa ke Kairo dengan perahu.
Sisa-sisa Ramses II lalu dibawa ke Paris pada tahun 1976 untuk pekerjaan restorasi intensif oleh para ilmuwan Prancis.
Ini bukan pertama kalinya mumi dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan pada tahun 1881, mumi diambil dari Luxor, dimasukkan ke dalam perahu selama tiga hari hingga sampai di Kairo.
Parade mumi ini disebut sebagai magnet kedatangan wisatawan pascapandemi virus corona yang melumpuhkan sektor industri pariwisata Mesir.
Sebelumnya, pariwisata Mesir juga telah melemah akibat gejolak politik - menyusul pemberontakan rakyat 2011 yang menggulingkan otokrat lama Hosni Mubarak.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Takdir atau kutukan firaun?
Memang sulit membuktikan kutukan firaun, meski masih banyak lagi kejadian sial yang dikaitkan dengan misteri tersebut.
Misteri kutukan firaun berawal dari momen penemuan makam Tutankhamun pada tahun 1922, yang disebut sebagai penemuan luar biasa karena merupakan salah satu makam kerajaan dari Mesir kuno yang belum pernah dieksplorasi sebelumnya.
Tidak ada yang percaya bahwa tim yang dipimpin ahli Mesir Kuno asal Inggris, Howard Carter dan donaturnya, Lord Carnarvon akan menemukan makam yang dipenuhi emas itu.
Kesialan mulai terjadi. Pada akhir Februari 1923, Carnarvon digigit nyamuk. Keesokan harinya, dia memotong bekas gigitannya dan mengalami infeksi yang parah. Kemudian dia terkena pneumonia. Hingga akhirnya ia meninggal pada 5 April 1923, hanya lima bulan setelah penemuan makam.
Namun orang Mesir kuno memang punya kebiasaan untuk menuliskan kalimat ancaman yang bernada kutukan di dinding dan pintu makam mereka.
Fungsi awalnya ialah untuk mengusir penjarah dan perusak makam, karena biasanya jenazah dikubur bersama benda berharga.
Ukiran di makam anggota kerajaan biasanya bertuliskan:
Oh, semua orang yang memasuki makam ini,
Siapa yang akan membuat kejahatan terhadap makam ini, dan menghancurkannya,
Semoga buaya melawan mereka di dalam air.
Dan ular melawan mereka di darat,
Semoga kuda nil melawan mereka di air,
Kalajengking melawan mereka di darat.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
[Gambas:Photo CNN]
Banyak yang mencoba menjelaskan kematian Carter dan Carnarvon di luar kutukan firaun.
Carter sendiri hidup selama lebih dari 17 tahun setelah penemuan itu, lalu meninggal pada usia 64 tahun di rumahnya di Inggris. Dan putri Carnarvon, yang merupakan salah satu orang pertama yang memasuki makam, hidup hingga usia 79 tahun.
Zahi Hawass, arkeolog, Mesirolog, dan mantan Menteri Negara Urusan Kepurbakalaan Mesir, dalam tulisannya di Ahram Online pada 2019, mengaku lebih percaya kalau kejadian sial memang bisa terjadi kapan saja, bahkan jika seseorang tidak membuka peti firaun.
Ia pernah tersengat listrik saat penggalian makam. Ia juga pernah berada dalam badai angin saat memantau timnya melakukan kegiatan tersebut. Tapi tetap, ia lebih percaya mengenai takdir daripada kutukan.
"Jika kita menemukan makam yang telah disegel selama ribuan tahun, dan di dalamnya ada mumi, mumi ini bisa mengeluarkan bakteri dan bahan kimia. Para arkeolog di masa lalu selalu terburu-buru untuk membuka makam seperti itu, dan mereka dapat terpapar "apa yang terkandung" di dalamnya," katanya.
"Yang saya lakukan sekarang ketika saya menemukan sebuah makam ialah untuk membukanya selama beberapa jam untuk menghilangkan udara beracun dan memungkinkan udara segar masuk. Kemudian kita masuk untuk menggali," pungkasnya.
[Gambas:Photo CNN]