Jakarta, CNN Indonesia --
Saat tiba pada keputusan untuk melakukan kontrasepsi, pertanyaan berikutnya adalah jenis kontrasepsinya. Pilihan jenis kontrasepsi akan sangat tergantung pada kebutuhan pasangan.
Menurut Ni Komang Yeni Dhana Sari, dokter spesialis kandungan dan CEO Klinik Health360, pertimbangan ini terutama dari jangka waktu penundaan kehamilan.
"Kita harus pertimbangkan dulu mau yang jangka pendek, sementara, emergency (darurat) atau jangka panjang. Kebutuhan kita kan beda," kata Yeni saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Kamis (23/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Darurat
Penggunaannya jelas pada situasi darurat. Pada situasi relasi jarak jauh (LDR), sebuah pertemuan jadi begitu bermakna dan hubungan seks jadi pelipur rindu. Tidak heran terjadi hubungan seks spontan dalam kondisi stok kondom habis. Di sini morning pills bisa diandalkan.
"Tapi kalau ketemunya cukup lama, di rumahnya lama, ya emergency enggak bisa dipakai terus-menerus. Nanti haidnya enggak teratur," jelasnya.
2. Jangka pendek
Jika penundaan kehamilan hanya selama setahun atau waktu yang belum bisa ditentukan, disarankan untuk menggunakan kontrasepsi kondom atau pil KB. Saat kondom lepas atau konsumsi pil KB disetop, akan memberikan peluang kehamilan.
3. Jangka panjang
Saat sudah memiliki anak, ada pasangan yang mempertimbangkan untuk kembali memiliki anak. Namun dengan berbagai pertimbangan, diputuskan untuk menunda. Yeni memberikan contoh, pasangan masih usia muda dengan 2 atau 3 anak, sehingga akan disarankan untuk memilih kontrasepsi IUD.
"IUD digantinya 5-8 tahun sekali. Atau bisa implan, itu cukup lama, ada yang sampai 2 tahun [baru ganti]," imbuhnya.
Kemudian jika kondisi Anda dan pasangan sudah merasa cukup berumur, tidak ada keinginan menambah anak, risiko perceraian kecil, bisa dipertimbangkan untuk steril. Pada perempuan, metodenya disebut tubektomi, sedangkan pada laki-laki disebut vasektomi.
Yeni berkata keputusan steril membawa konsekuensi jika suatu saat berkeinginan punya anak, metode yang bisa ditempuh adalah bayi tabung (IVF). Sekali Anda dan pasangan steril, kondisinya tidak bisa dikembalikan seperti semula.
"Sebenarnya bisa disambung lagi dengan laparoscopy, tapi risiko terjadi hamil di luar kandungan, kehamilan di daerah tuba atau bekas steril sangat tinggi. Ngapain berhasil hamil tapi nyangkut di situ? Enggak bisa sampai rahim. Akhirnya harus operasi, harus dipotong juga," katanya.
4. Pertimbangan lain
Sangat penting berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan untuk mengkomunikasikan kebutuhan Anda semisal, tidak mau ada operasi, tidak mau ada alat di dalam rahim tetapi patuh minum obat sehingga disarankan untuk mengambil pil KB.
"Pil KB tiap hari di jam yang sama. Kalau hari ini minum pil KB malam, besok minumnya pagi, lusa sore, itu enggak bisa. Kalau malam ya seterusnya malam, yah jam 8-10 masih oke lah. Pil KB itu masa kerjanya 24 jam, kalau lebih enggak efektif, kurang ya enggak efektif," kata Yeni.
Di samping itu biasanya di skrining awal dicek kondisi kesehatan, komorbid, juga alergi obat.