Banyak mitos soal keaslian madu membuat sebagian masyarakat kesulitan untuk memilih madu yang sesuai. Pasalnya, ada perbedaan kandungan dan manfaat dari madu asli dan madu palsu yang berdampak pada kesehatan.
Madu palsu bisa menyebabkan berbagai penyakit yang membahayakan tubuh seperti diabetes dan kencing manis.
Hanya saja, menentukan keaslian madu kadang memerlukan ketelitian mengingat banyaknya varian madu di pasaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk membantu menentukan madu yang tepat, berikut fakta di balik empat mitos mengenai keaslian madu yang banyak beredar di masyarakat.
Perubahan warna pada madu adalah hal yang biasa. Hal tersebut disebabkan adanya reaksi Maillard atau reaksi pencoklatan non enzimatis yang justru bisa meningkatkan kadar antioksidan dalam madu.
Seperti diketahui, antioksidan bermanfaat sebagai penangkal radikal bebas yang bisa memicu serangan jantung, kanker, katarak, dan menurunnya fungsi ginjal.
"Dengan begitu bisa dipastikan bahwa mitos mengenai madu asli tidak akan berubah warna adalah salah," kata Dewi Masyithoh, , Owner & Komisaris Kembang Joyo Group, dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com.
Ahli gizi sekaligus Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI) Approved Educator, Irtya Qiyamulail juga berkata bahwa warna madu tidak berpengaruh pada keaslian madu.
"Warna pada madu dipengaruhi oleh viskositas dan kadar airnya. Warna madu tidak berpengaruh pada keaslian madu, tetapi terhadap mutu madu tersebut. Warna dan rasa madu dipengaruhi oleh umur simpan dan sumber nektar," katanya dalam keterangan terpisah.
Mitos yang satu ini juga tidaklah tepat. "Baik madu asli maupun madu tidak asli sebenarnya sama-sama dikerubungi semut," kata Irtya.
Menurut Irtya, tingkat rasa manis atau pahitnya madu bergantung dari sumber makanan lebah atau nektarnya.
Selain itu, seberapa cepat madu menarik perhatian semut juga bergantung dari beberapa faktor antara lain kadar air, kelembapan lingkungan dan lokasi penyimpanan madu.
"Kandungan air yang lebih banyak pada madu akan menyebabkan madu tidak terlalu lengket, hal ini menyebabkan lebih banyak molekul udara dan aroma yang dilepaskan melalui penguapan sehingga lebih mudah menarik semut," paparnya.
"Ketika lingkungan lembap, serangga akan lebih mudah menangkap bau sehingga semut akan lebih mudah tertarik."
Di samping itu, menurut Dewi, umumnya semut menyukai madu, bahkan sejak masih berbentuk nektar yang baru keluar dari ujung tanaman.
Saking menyukainya, lebah dan semut sering berebut untuk mengambil nektar. Meskipun begitu, ada beberapa kondisi madu yang tidak disukai oleh semut, salah satunya madu yang belum cukup umur.
Madu yang belum cukup umur akan mengakibatkan terjadinya fermentasi yang mana akan menghasilkan karbondioksida yang tidak disukai semut.
"Kesimpulannya, semut akan menyukai madu yang sudah cukup umur panen dan tidak menyukai madu yang mengalami fermentasi," tambah Dewi.
Simak fakta di balik mitos keaslian madu di halaman berikut.