Kehadiran PON Papua dilihatnya sebagai salah satu langkah kebangkitan dari ekonomi kerakyatan yang terpukul akibat pandemi Covid-19.
Mama Maryones juga senang karena dirinya bisa terlibat aktif menyemarakan perayaan PON pertama di kawasan paling timur Indonesia ini.
Ia menceritakan dalam waktu tiga minggu sebelum PON berlangsung, keluarganya ikut membuat ikat kepala hingga ratusan pesanan untuk melengkapi pakaian para penari yang menghibur masyarakat pada pembukaan PON yang megah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain ikat kepala, mama Maryones juga membuat rok rumbai yang masih berbahan dari kulit kayu alami agar penampilan para penari tetap terlihat menyatu dengan alam.
Lewat karya-karya seni rupanya itu, ia ingin menunjukan bahwa masyarakat Papua itu memiliki kreativitas tak terbatas dengan tetap mempertahankan nilai budayanya.
Setiap karyanya diharapkan dapat membawa kebahagiaan dan juga kedamaian bagi para pengguna atau penerimanya.
Mama Maryones pun melihat PON Papua sebagai ajang menunjukan wajah Papua yang aman, damai, dan bersahaja.
Kedamaian yang kini dijaga oleh masyarakat selama PON Papua diharapkannya bisa terus berjalan dalam jangka panjang.
Selain Maryones, ada juga pelukis hiasan kulit kayu Jefry Nere (42) yang dengan giat membuat lukisan khas Tanah Papua di atas kulit kayu.
Ia mengaku senang karena kerajinan kulit kayu dari Kampung Asei ternyata menjadi favorit para pelancong untuk dijadikan sebagai cenderamata selama PON berlangsung.
Sehari-hari, ia dengan tekun membuat lukisan simbol-simbol yang menceritakan peristiwa maupun keindahan dari Papua. Seperti saat ditemui ia sedang melukis burung cendrawasih, hewan yang hanya ada di Tanah Papua.
Jefry mengaku sangat bahagia bisa memeriahkan pelaksanaan PON pertama yang dilakukan di Papua.
"Pesanan banyak sekali, kita bisa gerakan lagi ekonomi keluarga yang kemarin terganggu corona. Sa senang wisata su dibuka lagi," kata Jefry.
Kedua orang yang usianya sudah mulai sepuh itu berharap lewat penyelenggaraan PON Papua masyarakat Nusantara bisa mengenal lebih baik sisi humanis dari Bumi Cendrawasih.
"Kitong (kami) punya harapan, PON ini semua selesai dengan aman dan damai. Supaya semua hal baik bisa diceritakan, supaya semua orang dapat mengenal yang terbaik tentang Tanah Papua ini," ujar mama Maryones.
Jika tertarik untuk berwisata ke Kampung Asei di Kabupaten Jayapura, Anda bisa menyeberang dari Dermaga Kalkhote Distrik Sentani Timur.
Di sana, silakan tawar menawar dengan pemilik perahu untuk melakukan penyeberangan ke kampung-kampung wisata di kawasan Sentani, termasuk ke Kampung Asei.
Perjalanan menuju Kampung Asei sangatlah dekat, hanya menempuh waktu sekitar 5 menit.
Selama perjalanan, Anda akan disuguhi dengan pemandangan alam yang masih asri di sekeliling Danau Sentani.
Di Kampung Asei, selain bisa bercengkrama langsung dengan penduduk asli Kampung Adat, Anda juga bisa membeli kriya kulit kayu yang dibanderol mulai harga Rp50 ribu hingga Rp500 ribu, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pembuatan seni rupa tersebut.
(antara/ard)