Blue Hole, 'Kuburan Penyelam' di Tepi Laut Merah

CNN Indonesia
Jumat, 15 Okt 2021 12:13 WIB
Meski mendapat sebutan sebagai "spot menyelam paling berbahaya di dunia", Blue Hole tetap ramai dikunjungi penyelam di dunia yang penasaran.
Meski mendapat sebutan sebagai "spot menyelam paling berbahaya di dunia", Blue Hole tetap ramai dikunjungi penyelam di dunia yang penasaran. (iStockphoto/serg269)

Faktor kematian di Blue Hole

Butuh persiapan matang sebelum menceburkan diri ke Blue Hole, terutama mengukur kemampuan diri dan kedalaman yang dituju.

Pada kedalaman 56 meter, ada lengkungan yang bisa dilewati yang mengarah ke perairan terbuka. Spot ini paling diminati.

Walau perairannya terlihat tenang, jangan meremehkan bahaya di Blue Hole.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alex Heyes, pengelola agen wisata menyelam H2O Centre, mengatakan kalau kepongahan menjadi faktor banyaknya penyelam yang tewas di Blue Hole.

Banyak dari mereka yang meninggal mencoba berenang di The Arch. Terowongan itu menembus ke Laut Merah. Pemandangannya, disebut Heyes, sangat indah, Mirip kemegahan katedral di bawah laut.

Tetapi penyelam bisa disorientasi selama berada di sana. Dikatakan Heyes, penyelam telah melaporkan melihat cahaya muncul dari terowongan dan, percaya itu adalah permukaan, kemudian berenang ke arah sana.

Pada kedalaman ini, ada kemungkinan untuk menyerah pada kondisi yang dikenal sebagai narkosis nitrogen, di mana menghirup gas dari tabung oksigen yang dibawa pada tekanan tinggi menyebabkan gangguan mental, dan terkadang fisik.

Menurut Dr James Caruso, dokter yang hobi menyelam, narkosis sering disebut "efek martini" di mana "saat penyelam masuk lebih dalam, tingkat keracunan meningkat dengan cara yang mirip dengan minum lebih banyak alkohol".

Sama seperti alkohol, narkosis nitrogen mempengaruhi setiap orang secara berbeda, tetapi Caruso mengatakan, "tidak ada yang kebal dari kondisi ini, terutama yang menyelam terlalu dalam".

Narkosis nitrogen diperparah dengan beban yang diangkut penyelam, misalnya ukuran tabung oksigen atau peralatan kamera, sehingga membuat penyelam tak leluasa berenang ke atas saat mulai kehabisan napas.

Kondisi narkosis nitrogen bisa dihindari dengan alat khusus. Tapi penyelam teknis seperti Omar dan Heyes juga membekali diri mereka dengan banyak pelatihan menyelam.

"Mereka ingin menyelam lebih dalam, tanpa membekali diri dengan ilmu menyelam yang dalam," kata Omar.

Saat ini Blue Hole masih dikunjungi penyelam dari penjuru dunia, yang biasanya menyelam dengan satu tangki oksigen plus ditemani pemandu wisata berpengalaman.

Penyelam yang tidak memenuhi syarat sekarang dilarang oleh hukum untuk memasuki Blue Hole, demi mengubah citranya sebagai "kuburan penyelam".



(ard)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER