Ketar-ketir Pelaku Wisata Thailand Sambut Konsep Pelesir Premium

CNN Indonesia
Selasa, 26 Okt 2021 11:56 WIB
Tak hanya di Indonesia, kecemasan mengenai konsep pariwisata premium juga ikut melanda Thailand, yang dikenal sebagai surga backpackers.
Pemandangan kota Chiang Mai di Thailand, salah satu destinasi backpackers yang ketar-ketir menghadapi konsep wisata premium. (iStockphoto)

Turis bujet lebih royal

Hampir setiap negara memberlakukan pembatasan perbatasan untuk memerangi penyebaran corona, dan perbedaan besar dalam peluncuran vaksin telah menyebabkan strategi pembukaan kembali yang berbeda.

Di Thailand, yang membuka pulau Phuket untuk turis mulai 1 Juli dengan beberapa pembatasan karantina, ada kritik terhadap program vaksin pemerintah yang awalnya memprioritaskan provinsi yang bergantung pada pariwisata.

Sekarang, pemerintah berencana untuk mempromosikan Phuket ke turis "berkualitas tinggi" saat membuka kembali negara itu pada 1 November, bahkan ketika mayoritas warga Thailand menentang pembukaan tersebut, dengan mengatakan itu terlalu berisiko dengan hanya sekitar sepertiga dari populasi yang divaksinasi sepenuhnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penundaan pembukaan adalah "kesempatan sekali seumur hidup" untuk memikirkan kembali pariwisata, tetapi konsep Thailand dan Indonesia untuk membuka kembali "tidak menunjukkan mereka berencana untuk melanjutkan pembicaraan mereka," kata Stuart McDonald, pendiri dari situs perjalanan Asia Tenggara Couchfish.

Dalam memprioritaskan apa yang disebut turis premium, pihak berwenang secara keliru menyamakan kualitas dengan pengeluaran yang lebih tinggi dan dampak lingkungan yang terbatas, katanya.

"Tentu saja masuk akal bahwa suatu negara harus fokus pada wisatawan berkualitas, tetapi itu tidak harus berarti wisatawan dengan pengeluaran besar. Pariwisata kelas atas sejauh ini memiliki dampak lingkungan tertinggi, dan paling rentan terhadap kekacauan ekonomi," kata McDonald.

"Sementara pelancong dengan anggaran terbatas sering kali bisa jadi memulihkan angka kunjungan, menempatkan uang langsung ke tangan bisnis kecil dan menengah yang dimiliki dan dikelola secara lokal. Mereka juga cenderung bepergian jauh lebih sering, dan tinggal lebih lama di sebuah destinasi."

Di Chiang Mai, ketiadaan wisatawan paling terlihat di malam hari, dengan hanya beberapa etalase toko yang menyala, dan tidak ada hiruk pikuk yang biasanya memenuhi kota bahkan di luar musim turis.

"Kami tidak tahu apa yang diharapkan - apakah turis reguler masih akan datang," kata Rachana di wismanya yang mengiklankan penurunan tarif tetapi hampir kosong.

"Bagus jika turis menghabiskan banyak uang. Tapi kami ingin semua jenis turis datang, karena kami sudah sangat menderita."

(reuters/ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER