Pandemi corona menghentikan penerbangan dan menutup bisnis di seluruh dunia, dan telah mendorong pihak berwenang dari Amsterdam ke Bali untuk menjanjikan model wisata yang lebih berkelanjutan, yang tidak terlalu bergantung pada pariwisata massal yang telah merusak lingkungan dan membuat marah penduduk setempat.
Di Bali, yang dibuka kembali pekan lalu untuk pengunjung dari sekitar 20 negara dengan karantina lima hari, pihak berwenang akan lebih selektif, kata Luhut Pandjaitan, menteri koordinator urusan maritim dan investasi, yang mengawasi pembukaan gerbang internasional.
"Kami akan menyaring wisatawan," katanya kepada wartawan. "Kita tidak mau backpacker datang agar Bali tetap bersih, di mana orang yang datang harus berkualitas."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pulau yang terkenal dengan pantai berpasir dan kuil-kuil Hindu, menerima lebih dari 6 juta pengunjung pada tahun 2019 dan bergantung pada pariwisata untuk lebih dari setengah pendapatannya.
Tetapi muncul reaksi dari kalangan wisatawan, termasuk apa yang disebut digital nomad (pengembara digital), yang telah dibujuk datang oleh banyak negara untuk menutupi lesunya pariwisata.
Awal tahun ini, seorang warga Amerika dideportasi dari Bali setelah mengunggah cuitan di Twitter yang memicu reaksi keras atas "hak istimewa orang Barat" yang dia rasakan dan kurangnya kesadaran akan budaya Indonesia.
Sekarang, persyaratan visa termasuk penjamin dan asuransi kesehatan yang besar, dapat membuat para pelancong dengan anggaran terbatas dan "menghabisi" usaha kecil di pulau itu, kata Nyoman Sukma Arida, dosen pariwisata di Universitas Udayana di Bali.
"Pertama-tama kita harus mengklarifikasi arti pariwisata premium dan pariwisata berkualitas: pemahaman pemerintah kita tentang pariwisata berkualitas hanyalah seseorang yang membayar harga tinggi," katanya.
"Tapi wisatawan yang berkualitas adalah mereka yang peduli dengan pelestarian lingkungan, menghormati budaya lokal dan masyarakat lokal. Ini persyaratan sekarang - bukan hanya uang," tambahnya.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...