SUDUT CERITA

Neraka di Rumah Tangga: 'Saya Takut Kakak Pulang Tinggal Nama'

CNN Indonesia
Kamis, 25 Nov 2021 17:47 WIB
'Daya hidup kakak saya nyaris pudar akibat kekerasan domestik semenjak menikah atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).'
Daya hidup kakak saya nyaris pudar akibat kekerasan domestik semenjak menikah atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)

Kami tidak diam. Orang tua kami terus menghubungi keluarga Kak Kris dengan harapan ada musyawarah antarkeluarga untuk mencari mufakat. Namun panggilan terus ditolak. Saya pun mencoba untuk kontak Kak Kris, tapi hasilnya nihil.

Saya melapor ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Komnas Perempuan. Komnas Perempuan menindaklanjuti lewat tim gerak cepat. Namun tim terkendala dalam gerak sebab kakak saya sendiri maju-mundur. Dia kadang ingin maju, tapi tiba-tiba kemudian ingin mundur dan pasrah saja.

Bayang-bayang ancaman itu begitu nyata. Ancaman perceraian sehingga mengubah statusnya jadi janda, belum ancaman bahwa sang mertua akan menjelekkan nama orang tua kami di depan komunitas-komunitas. Dia juga pasti khawatir akan keselamatan anak dalam kandungannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumpah! Rasanya saya ingin seret dia keluar dari rumah itu. Kalau memungkinkan dijemput paksa. Namun ini jelas tidak bisa dilakukan. Dia adalah korban kekerasan domestik tetapi kadang tidak merasa sebagai korban dan menolak ditolong.

Saat ada kesempatan bertemu langsung, saya bilang ke dia bahwa apa yang dia alami adalah kekerasan, dia korban.

"Enggak perlu malu Kak, buat orang lain kamu tidak berharga tapi kamu berharga buat saya," kata itu yang terus saya ulangi kepadanya.

Suatu ketika ia menemui orang tua untuk minta lampu darurat (emergency lamp). Katanya, lampu kamar sudah mati tiga bulan dan dia tidak bisa mengganti lampu karena perut makin besar. Saya syok.

Hati saya teriris. Dia dalam kondisi hamil, dia kerja dan tidak kurang secara finansial, tapi harus bertahan di kamar lantai 2 rumah yang gelap!

Sulit membayangkan apa yang dirasakan papa dan mama. Mereka pasti hancur.

Young woman sitting in empty hallway covering her eyes under the shadow of a manIlustrasi KDRT. (iStockphoto/Mixmike)

'Pulang Kak'

Kak Ida melahirkan minggu lalu. Itu pun papa tahu karena aktif kontak dengan rumah sakit tempat dia cek kandungan. Keluarga kami baru berkunjung pada dua hari setelah bayi lahir. Saat itu pun, kami tidak berkesempatan menggendong si bayi.

Mertuanya bilang, 'Kalau bukan gara-gara ini (cucu), enggak taulah gimana dunianya.' Berarti tidak masalah kalau kakak saya meninggal di meja operasi?

Saya melihat Kak Ida terdiam layaknya orang yang ketakutan. Sebagai adik, saya merasa tak bisa berbuat apa-apa.

Saya berpikir, apa akan terus menunggu sampai kakak saya pulang nama? Apa yang terjadi padanya seperti mengantarkannya pada dua pilihan, gila atau mati.

Sikapnya yang maju mundur itu kami coba pahami. Kami tidak bisa menekan dia terus karena dia berada di posisi tidak menguntungkan. Namun sekeras apapun kami berupaya menolong, dia sendiri harus mau ditolong.

"Kalau aku pulang jadi janda, apa kamu enggak malu?" kata dia. Saya bilang dengan tegas: "Enggak dan enggak akan pernah".

Saya cuma ingin dia pulang, pulang ke rumah dan itu memang tempat teraman buat dia. Saya ingin dia pulang tanpa memikirkan konsekuensi jadi janda, mengabaikan 'cap' gagal membina rumah tangga dari masyarakat.

Apalah artinya semua konsekuensi itu jika nyawa taruhannya?

Mau sampai kapan dia kuat? Saya ingin dia memikirkan perasaan kami yang hancur melihat dia sekarang. Saya takut terlambat. Terbayang hari di mana kakak sudah tiada atau dipukuli sampai habis napas kemudian dibuang di jalan tanpa ada dari kami tahu.

Semoga Kak Ida terketuk hatinya, mau berkomitmen untuk dibantu.

Pulanglah kak, apa pun kondisi kakak, kakak berharga buat kami...

(els/agn)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER