Metode PCAB, Pengobatan Baru Untuk Pasien GERD
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) memang tidak mengancam jiwa secara langsung. Tetapi jika tidak ditangani, penyakit ini dapat mengakibatkan beberapa komplikasi yang cukup berbahaya dan bisa mengancam jiwa.
Komplikasi itu misalnya, peradangan pada saluran kerongkongan atau esofagus hingga kanker esofagus. Penyakit ini juga bisa menyerang siapa saja. Sebuah survei yang dilakukan secara daring di Indonesia, yang diikuti 2.045 responden menunjukkan bahwa 57,6 persen dari mereka menderita GERD.
Pengobatan GERD juga harus dilakukan dengan benar. Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUI RSCM Ari Fahrial Syam menyebut, GERD memang bisa sembuh tapi berisiko kambuh jika pasien tidak mengatur gaya hidup dan manajemen stres dengan baik.
"Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD yaitu dengan mencegah terjadinya kekambuhan," kata Ari dalam virtual media briefing dengan tema 'Apakah benar GERD tidak mengancam jiwa: harapan baru untuk tingkatkan kesembuhan dan mencegah kekambuhan GERD', Kamis (10/2).
Oleh karena itu, edukasi perlu diberikan kepada penderita agar memahami faktor risiko dan pemicu terjadinya GERD.
Penderita GERD biasanya akan direkomendasikan untuk melakukan perbaikan gaya hidup demi mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang.
"GERD dapat disembuhkan, setelah sembuh yang penting bagaimana pasien tersebut dapat melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan GERD-nya," kata dia.
Pengobatan GERD
Ari menyebut, saat seseorang menderita GERD dokter akan meresepkan beberapa pilihan obat seperti antasida yang berguna untuk menetralkan asam lambung. Selain itu, dokter juga akan memberikan obat golongan antagonis H2 reseptor atau penghambat pompa proton (PPI).
Pada kondisi tertentu di mana GERD tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan, dokter akan merekomendasikan pembedahan. Meski demikian, Ari mengatakan, sangat jarang kasus GERD yang diakhiri pembedahan.
"Dengan pemberian obat-obatan juga bisa sembuh, misalnya saat ini terdapat inovasi baru yang digunakan untuk pengobatan GERD yaitu Vonoprazan," kata dia.
Ari menjelaskan, Vonoprazan merupakan obat penekan asam lambung baru yang bisa digunakan untuk pasien GERD. Obat tersebut juga telah tersedia di Indonesia dan terapinya dinamakan Potassium-Competitive Acid Blocker (PCAB).
"Jadi ini yang dikenal dengan terapi PCAB, yaitu menggunakan Vonoprazan," katanya.
Cara kerjanya yakni dengan meningkatkan Ph lambung secara cepat sekaligus meredakan nyeri ulu hati, menyembuhkan esofagitis erosif yang parah secara cepat dan mampu mengontrol dengan baik sekresi asam pada malam hari.
Obat ini kata dia, sudah digunakan dalam terapi eradikasi infeksi di Jepang dan dipercaya dapat menggantikan peran Proton Pump Inhibitor (PPl) yang selama ini dilakukan untuk mengobati GERD. Vonoprazan memiliki tingkat eradikasi lebih tinggi, durasi aksi yang lebih lama, lebih stabil dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan PPI.
"Vonoprazan dapat diindikasikan bagi penderita tukak lambung, GERD dan pencegahan tukak lambung berulang pada penggunaan aspirin dosis rendah dan penggunaan NSAID," jelasnya.
(tst/chs)