SUDUT CERITA

Ganis dan Ejekan Beton yang 'Berbuah' Anxiety dan Bipolar

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Feb 2022 18:00 WIB
Namaku Ganis Prahasti, aku adalah seorang pengidap anxiety disorder (gangguan kecemasan) dan bipolar disorder karena ejekan gemuk.
Namaku Ganis Prahasti, aku adalah seorang pengidap anxiety disorder (gangguan kecemasan) dan bipolar disorder karena ejekan gemuk. (iStockphoto/Zinkevych)
Jakarta, CNN Indonesia --

Namaku Ganis Prahasti, aku adalah seorang pengidap anxiety disorder (gangguan kecemasan) dan bipolar disorder (gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi secara drastis).

Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua saudara ku adalah perempuan. Mereka cantik dan langsing yang tentu sangat berbeda dengan aku yang memiliki tubuh gempal, gendut sejak kecil dan melonjak sampai tiga digit.

Ya, benar, semua masalah mental ini bersumber dari keluarga. Apalagi kalau bukan berat badanku yang mereka bilang mirip babon dan beton hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga yang seharusnya membuat aku nyaman dengan semua perhatian dan juga perlindungan mereka dari bully di dunia luar, justru bertindak sebaliknya.

Sejak kecil ayah selalu menuntut agar anak-anaknya sukses dalam hal pendidikan. Bahkan ayah tidak akan terima jika aku hanya mendapat rangking dua di sekolah, semua harus pertama, pertama, pertama dan pertama. Aku tak selalu ranking satu, sekali pernah di posisi dua. Ayah mengamuk habis.

Bukan perkara ranking saja yang membuat ku ada di titik ini, ejekan, candaan dan tertawaan kerap aku terima dari keluarga ku. Saudara, ayah, ibu bahkan tante gemar sekali mengejek aku yang bertubuh gempal.



"Aduh gak sengaja, kirain yang ayah tendang itu beton ternyata kamu Nis,"

Bercanda, mungkin saja ayah berpikir begitu, tapi dia tak sadar, candaannya menyakiti hatiku. ungkapan itu kerap dilontarkan ayah pada ku.

Walau menyakitkan, aku memang tidak pernah marah, selalu membalas ejekan dan gurauan mereka tentang postur tubuh ku dengan senyum dan tawa. Tapi di balik itu semua rasa sakit itu semakin besar di dalam diri ku.

Saat aku memasuki usia 20an, ibu dan ayah memaksa ku berdiet. Mereka menuntut aku bertubuh langsing seperti saudara ku yang lain. Larangan ketat makan berlebihan, olahraga, minum obat pelangsing hingga dibawa ke dokter mereka lakukan untuk membuatku langsing.

Aku beranggapan bahwa ini dilakukan hanya karena orangtua ku memikirkan penampilan semata. Aku tak suka.

Tapi aku tidak bisa menolak, lagi-lagi aku adalah Ganis yang ceria, penurut dan selalu tertawa dengan semua hal yang mereka sodorkan pada ku. Tidak pernah melawan.Namun nyatanya, diet ini tak berhasil membuatku kurus sesuai keinginan mereka.

Berpura-pura jadi orang lain

Puncaknya saat aku berkuliah, sekitar 2017 mungkin. Aku tidak begitu ingat, hanya saja aku memiliki kecenderungan takut tidak diterima oleh orang sekitar. Bahkan aku kerap berpikir negatif, aku selalu merasa orang yang duduk di belakang ku mengejek tubuh ku yang gempal.

Padahal pemikiran ini hanya terjadi di kepala ku saja. Itulah sebabnya aku di masa kuliah selalu memilih duduk di belakang.

Aku selalu berpura-pura menjadi orang lain. Berbohong adalah nama lain dari Ganis. Tentu saja ini salah, tapi cara inilah yang akhirnya aku gunakan agar bisa memiliki banyak teman.

Iya, aku tidak percaya diri. Aku berpura-pura menjadi orang lain dan menghubungi teman-teman ku secara virtual dengan sosok lain, bukan Ganis. Tapi pribadi lain yang lebih ceria, lebih cantik dan menggemaskan.

Suatu ketika, aku tidak tahan. Aku mulao menyakiti diri dengan meremas pecahan kaca. Sadar ini mulai salah, aku pergi mencari pertolongan.

Psikiater saat itu menyebut bahwa aku mengidap bipolar dan anxiety. Semua ini diawali dengan aku yang selalu memendam perasaan dan berpura-pura bahagia.

Sayangnya, ketika aku berbicara pada keluarga besar soal penyakit mental yang aku derita, mereka malah bilang bahwa aku bersikap berlebihan.

"Ganis itu cuma drama queen, lebay, baperan kamu begitu saja bilangnya anxiety," komentar ini disampaikan tante ku ketika aku menyampaikan soal masalah mental ini di depan keluarga besar.

Sakit, ya, tentu saja.

Tante Usil yang merongrong pernikahanku

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER