Tenun Lombok, 'OOTD' Pawang Hujan Roro di Mandalika
Raden Roro Istiati Wulandari atau kini lebih akrab dengan sebutan pawang hujan Roro didapuk 'mengendalikan' hujan selama ajang balap di Sirkuit Mandalika.
Aksinya pada Jumat (18/3) mencuri perhatian publik. Bermodal singing bowl, ia melakukan ritual di tengah hujan deras.
Akan tetapi yang tak kalah menarik adalah 'outfit of the day' atau pakaian Roro yakni helm putih, jaket bermotif, skinny jeans, dan tanpa alas kaki alias nyeker. Rupanya jaket yang ia kenakan merupakan jaket tenun khas Lombok.
"Jaket tenun khas Lombok terasa nyaman dipakai saat jadi pawang hujan dan panggil hujan di ajang moto GP @motogp," tulis Roro dalam unggahannya di Instagram.
Lombok merupakan bagian dari wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dihuni oleh suku Sasak. Sementara Sumbawa dihuni dua suku yakni suku Sumbawa dan suku Mbojo. Ketiganya memiliki budaya berbeda salah satunya berkaitan dengan produk kain.
Di NTB, dikenal empat macam teknik pembuatan kain tradisional yakni, kain tenun pelekat, kain tenun songket, kain tenun sulam dan kain tenun ikat.
Kain tenun pelekat, pelekat merupakan kain sarung tenun dengan motif loreng atau tapak catur. Ini dibuat dengan mencelup benang lungsin (benang yang disusun berjajar) dan benang pakan (benang yang disusun melintang) ke dalam warna.
Kain tenun songket, kain dibuat dari beragam benang seperti benang katun, benang emas, atau benang perak.
Kain tenun sulam, perajin akan menjahitkan benang berwarna di atas permukaan kain dengan pola atau corak tertentu.
Kain tenun ikat, kain dibuat dengan mengikat bagian tertentu pada benang sehingga bagian ini tidak terkena warna saat dicelup ke pewarna. Bagian yang diikat sudah diperhitungkan sehingga akan ada komposisi dan keharmonisan motif.
Motif sesuai perkembangan budaya
Selain teknik pembuatan kain, motif kain pun beragam dan menyesuaikan dengan perkembangan budaya. Mulai dari budaya prasejarah, budaya Hindu dan Islam.
Budaya prasejarah, motif yang dipengaruhi budaya prasejarah termasuk motif hewan misalnya, burung, ikan, hewan laut, kupu-kupu. Ada pula motif geometris.
Budaya Hindu, muncul motif tumpal (pucuk rebung) yang melambangkan Dewi Sri atau Dewi Kesuburan.
Budaya Islam, begitu Islam masuk NTB, motif lebih didominasi tumbuhan misal sulur-sulur, pucuk rebung, pohon hayat, bunga-bunga. Untuk motif hewan dibuat lebih samar atau dibuat bentuk kaligrafi.
Untuk jaket tenun milik pawang hujan Roro, sekilas tampak motif geometris berupa garis-garis berjajar rapi, kemudian terdapat bentuk mirip sulur.
Sementara selama menjalankan ritual, ia tidak mengenakan alas kaki. Ternyata ini bukan sekadar gaya atau mempertimbangkan hujan deras yang bisa membasahi sepatu.
"Saya kalau sedang ritual tidak boleh memakai alas kaki. Saya harus menyatu dengan alam. Saat ritual saya juga tidak boleh diganggu, nanti bisa merusak rencana," ucap Roro kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/3).
(els/agn)