Terlalu Banyak Turis di Himalaya, Kerusakan Alam Mengancam
Himalaya tampaknya berada di ambang bencana kerusakan alam. Penyebabnya adalah jumlah kedatangan turis yang terlalu banyak.
Bukan rahasia lagi, kawasan Pegunungan Himalaya jadi salah satu destinasi wisata favorit.
Sayangnya, status Pegunungan Himalaya sebagai destinasi wisata favorit justru menjadi bumerang bagi kelestarian alam di sekitarnya.
Mengutip laman Travel and Tour World, baru-baru ini sebuah laporan menyoroti dampak mengerikan akibat tingginya angka kunjungan wisatawan ke Himalaya. Aktivitas pariwisata di Himalaya dinilai tak terkendali.
Salah satunya terjadi di Ladakh, India. Ladakh dikenal sebagai salah satu kota di kawasan Pegunungan Himalaya yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Ladakh juga dikenal sebagai wilayah yang mengalami kekurangan air. Pasokan air di Ladakh bergantung pada pencairan gletser dan aliran Sungai Indus.
Sayangnya, tingkat pariwisata yang tinggi membuat kawasan tersebut semakin kekurangan air. Laporan tersebut menyebutkann bahwa, air yang tersedia justru habis dikonsumsi oleh para pelancong.
Rata-rata konsumsi air per individu penduduk Ladakh adalah 75 liter per hari. Sementara turis di Ladakh bisa mengonsumsi sekitar 100 liter per hari.
Kondisi ini jelas menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat. Banyaknya turis mengancam stok persediaan air untuk penduduk setempat.
Laporan tersebut dibuat oleh Govind Ballabh Pant National Institute of Himalayan Environment. Laporan telah disampaikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup, Hutan, dan Perubahan Iklim India.
Penelitian tersebut dilakukan sehubungan dengan adanya berita yang menyebutkan bahwa pariwisata yang masif telah membantu meningkatkan perekonomian penduduk di kawasan Himalaya. Namun di sisi lain, kelestarian lingkungan justru jadi terancam.
Selain masalah pasokan air di Ladakh, laporan juga menyoroti soal kebutuhan patroli dan pengawasan yang lebih tinggi di sejumlah daerah seperti Taman Nasional Hemis, Cagar Alam Changthang, dan Cagar Alam Karakoram.
Peningkatan pengawasan dibutuhkan untuk mengurangi interaksi yang tidak perlu antara pelancong dengan satwa liar. Ditambah juga perusakan habitat akibat kebiasaan para pelancong mengemudi di luar jalur seharusnya.
Tak cuma itu, pembangunan di negara bagian India, Himmachal Pradesh juga meningkat dari 4,7 persen menjadi 15,7 persen selama rentang waktu 1989-2012.
Pada saat yang sama, jumlah wisatawan di wilayah tersebut juga ikut membengkak, menjadi 2,8 juta dari 140 ribu sepanjang 1980-2011.
Jumlah hotel juga meningkat dari tahun ke tahun dan membuat sejumlah area hijau menghilang dari kawasan tersebut.
(asr/asr)