Kondisi pembengkakan jantung tidak bisa disepelekan karena bisa menimbulkan komplikasi hingga berujung pada kematian. Untuk itu, penting untuk mengenal penyebab pembengkakan jantung.
Melansir Mayo Clinic, pembengkakan jantung atau dalam bahasa medis disebut kardiomegali sejatinya bukan penyakit, melainkan tanda dari masalah kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembengkakan jantung adalah kondisi ketika ukuran jantung membesar melebihi kondisi normal. Biasanya, hal ini terjadi karena jantung harus memompa darah lebih keras dari biasanya, sehingga merusak otot jantung.
Salah satunya bisa karena seseorang melakukan olahraga berat dengan intensitas yang rutin. Artinya, pembengkakan jantung tak selalu karena penyakit, namun juga karena aktivitas dan kondisi sehari-hari.
Mengutip laman Siloam Hospitals, berikut beberapa gejala pembengkakan jantung.
![]() |
Biasanya, jantung membesar karena organ ini merespons perubahan kondisi atau beban kerja jantung di dalam tubuh. Misalnya, jantung harus memompa darah lebih keras dari biasanya, sehingga otot jantung rusak dan ukurannya membengkak.
Beberapa masalah pembengkakan jantung juga terjadi karena munculnya tekanan di dalam tubuh dalam jangka pendek, misalnya pada masa kehamilan yang menimbulkan kelainan otot jantung atau kardiomiopati peripartum.
Kondisi ini biasanya terjadi sementara, meski jika tidak ditangani dengan cepat juga bisa menyebabkan kelainan jantung secara permanen hingga menyebabkan kematian. Namun, hal ini tidak sering terjadi.
Berdasarkan Mayo Clinic, berikut penyebab pembengkakan jantung.
Cacat bawaan sejak lahir dapat membuat struktur dan fungsi jantung tidak normal, termasuk ukurannya yang lebih bengkak dari biasanya.
Serangan jantung dapat menimbulkan kerusakan jaringan parut dan struktural pada jantung, sehingga organ ini kesulitan memompa darah dan menimbulkan ketegangan. Ketegangan ini bisa membuat jantung bengkak hingga gagal jantung.
Penyakit kelainan otot jantung atau dalam bahasa medis disebut kardiomiopati juga bisa menimbulkan pembengkakan jantung. Sebab, hal ini membuat jantung jadi kaku atau tebal, sehingga sulit memompa darah.
Penumpukan cairan di jantung atau disebut efusi perikardial juga bisa menyebabkan jantung membengkak. Khususnya ketika penderitanya melakukan rontgen dada.
Penyakit katup jantung terjadi karena adanya kerusakan katup jantung, sehingga membuat aliran darah jadi terganggu dan membuat ruang jantung jadi lebih besar.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus memompa lebih keras dari biasanya untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini menimbulkan ketegangan, otot jantung membesar, dan akhirnya memicu pembengkakan jantung.
Tak hanya di jantung, tekanan darah tinggi di arteri paru-paru juga bisa berujung pembengkakan jantung. Sebab, sama-sama membuat jantung bekerja lebih berat untuk memindahkan darah antara paru-paru dan jantung.
Kondisi darah rendah atau anemia juga perlu diwaspadai karena bisa menimbulkan pembengkakan jantung. Ketika anemia, penderita akan mengalami kekurangan sel darah merah atau berada di level yang rendah.
Akibatnya, kadar oksigen di dalam tubuh juga akan menurun karena minimnya darah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini membuat jantung yang harus mengambil peranan untuk memompa lebih banyak darah, sehingga terjadi ketegangan dan pembengkakan.
Gangguan tiroid atau kondisi ketika kelenjar tiroid kurang aktif (hipotirodisme) dan tiroid terlalu aktif (hipertirodisme) juga bisa membuat jantung jadi membesar.
Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, termasuk zat besi di dalam tubuh. Sebab, zat besi yang terlalu banyak di dalam tubuh berpotensi membuat zat ini mengendap di ruang jantung kiri bawah, sehingga bisa memicu pembengkakan.
Endapan protein yang tidak biasa di jantung atau disebut amilodosis jantung dapat menimbulkan penebalan dinding jantung, sehingga jantung ikut membengkak. Tak hanya protein, lemak yang mengendap di sekitar jantung juga bisa memicu kondisi ini.
Olahraga fisik yang terlalu berat dan dilakukan secara rutin juga bisa membebani kerja jantung, sehingga ukurannya membesar. Hal ini biasanya terjadi di kalangan atlet, meski tidak selalu.
Lanjut baca halaman dua...